Latest News

Showing posts with label Ekonomi. Show all posts
Showing posts with label Ekonomi. Show all posts

Thursday, December 20, 2018

Masih Pagi, Rupiah Sudah Nomor 1 di Asia!

Ilustrasi

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat. Dolar AS semakin jauh dari level Rp 14.500 dan bisa saja terdorong ke kisaran Rp 14.300. 
Pada Rabu (19/12/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.430 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,45% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 
Penguatan ini sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Tanda-tanda apresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF). 

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin galak. Pada pukul 08:04 WIB, US$ 1 sudah setara dengan Rp 14.410 di mana rupiah menguat 0,59%. 
Rupiah berhasil ditutup menguat terhadap dolar AS di perdagangan pasar spot dalam 2 hari terakhir. Jika penguatan pagi ini bertahan sampai penutupan pasar, maka rupiah akan menguat selama 3 hari beruntun. 
Seperti rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga mampu menguat di hadapan greenback. Namun penguatan 0,59% berhasil membawa rupiah menjadi yang terbaik. Dalam hal penguatan terhadap dolar AS, tidak ada yang lebih baik dari rupiah di Asia. 
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:07 WIB: 
 
Dolar AS Sedang Sepi Peminat
Rupiah dkk di Asia mampu memanfaatkan dolar AS yang memang sedang tertekan secara global. Pada pukul 08:09 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,21%. 

Seperti kemarin, investor masih menantikan rapat The Federal Reserve/The Fed yang semakin dekat. Akan tetapi, sepertinya semakin dekat ke pelaksanaan rapat yang ada malah kemungkinan kenaikan suku bunga jadi semakin tipis. 

Mengutip CME Fedwatch, kini probabilitas Jerome 'Jay' Powell dan sejawat menaikkan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,25-2,5% adalah 68,9%. Kemarin, posisinya masih di 72,3% dan sepekan lalu ada di 75,8%. 


Proyeksi perlambatan ekonomi AS dan dunia membuat pelaku pasar mulai mengubah taruhannya. Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini di kisaran 3,7%, dan tahun depan melambat menjadi 3,5%. 

Sedangkan ekonomi AS tahun ini diramal tumbuh 2,9% sebelum melambat ke 2,7% tahun depan. Kemudian pertumbuhan ekonomi Uni Eropa pada 2018 diperkirakan sebesar 1,9% dan melambat ke 1,8% pada 2019. 

Lalu ekonomi China tahun ini diproyeksikan tumbuh 6,6% sebelum melambat ke 6,3% tahun depan. Sementara ekonomi Indonesia tahun depan diperkirakan stagnan, sama dengan tahun ini yaitu tumbuh 5,2%. 

Oleh karena itu, kemungkinan The Fed menahan suku bunga kini menjadi semakin besar. Ada peluang The Fed sudah mulai dovish pada bulan ini, lebih awal dari perkiraan sebelumnya yaitu tahun depan. Dampaknya, dolar AS masih akan dijauhi oleh pelaku pasar. 

Apalagi dolar AS juga kehilangan kemolekannya karena imbal hasil (yield) obligasi AS yang semakin menurun. Pada pukul 08:11 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 1,3 bps. 

Yield di pasar sekunder akan menjadi patokan dalam penentuan kupon di lelang pasar perdana. Ketika yield turun, maka kupon tentu menjadi rendah dan kurang menarik. Pasar obligasi AS yang kurang atraktif ini membuat permintaan terhadap greenback ikut turun sehingga nilainya melemah. 

Rupiah bisa memanfaatkan situasi ini dengan kembali mencatat penguatan. Jika rupiah kembali ditutup menguat hari ini, maka akan menjadi apresiasi selama 3 hari beruntun.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

https://www.cnbcindonesia.com/market/20181219081142-17-47026/masih-pagi-rupiah-sudah-nomor-1-di-asia/2

Monday, September 24, 2018

Dasyat! 10.000 Perusahaan Crazy Rich Surabaya Dukung Jokowi Tukar 67 Juta Dolar



Dasyat! 10.000 Perusahaan Crazy Rich Surabaya Dukung Jokowi Tukar 67 Juta Dolar

Hebatnya kepemimpinan Jokowi adalah mampu menginspirasi orang bertindak sesuatu bagai bangsa dan negara. Ketika banyak politisi memilih nyinyir dan menyebarkan ketakutan tentang Indonesia akan jatuh ke jurang krisis seperti 1998, crazy rich 'orang-orang superkaya' di Surabaya tergerak membantu pemerintah menguatkkan nilai tukar Rupiah.

Mereka adalah para pengusaha Jawa Timur yang tergabung dalam Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jawa Timur yang terdiri dari 38 asosiasi sektoral dengan keanggotaan perusahaan lebih dari 10.000 perusahaan.
Para crazy rich Surabaya ini awalnya menyampaikan kabar kepada Kepala Kantor Staf Kepresidenan Jenderal (purn.) Moeldoko bahwa mereka akan membantu pemerintahan Joko Widodo untuk menguatkan nilai tukar rupiah dengan gerakan menukar dolar ke rupiah.
Kamis siang, 20/09 mereka bertanya kepada Moeldoko, kalau 10 juta dollar cukup tak, atau mau tambah. Tentu saja Moeldoko minta jika boleh lebih dari itu.

Pada malam, 20/09 Moeldoko tiba di di Hotel Majapahit, Surabaya untuk menghadiri acara itu.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim Difi Ahmad Johansyah total yang ditukarkan para pebisnis kaya di Jatim sebanyak US$ 67 juta. Namun secara simbolik dalam acara "Bersatu Menguatkan Rupiah" akan ditukarkan sebanyak 50 juta dollar AS.
Luar biasa!

Solidaritas rakyat dari beragam kelompok seperti ini adalah tindakan hebat dan setepat-tepatnya untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia dari turbulensi ekonomi dunia saat ini.
Aksi para pengusaha ini tentu menampar para politisi yang hanya sibuk berteriak-teriak memanfaatkan kondisi untuk meraih kekuasaan.
Salut untuk para crazy rich Surabaya. Salut untuk Presiden Joko Widodo. Hanya kepemimpinan inspiratif yang mampu menggerakkan kesukarelaan warga negara untuk terlibat berbuat sesuatu bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Sumber:
Kontan.com (20/09/2018) "Pengusaha Surabaya rame-rame tukar dollar AS." nasional.kontan.co.id/news/pengusaha-surabaya-rame-rame-tukar-dollar-as

Tribunnews.com (20/09/2018) "Forkas Jatim Ajak Pengusaha Tukarkan Dollar AS ke Rupiah Lewat Acara 'Bersatu Menguatkan Rupiah'" jatim.tribunnews.com/2018/09/20/forkas-jatim-ajak-pengusaha-tukarkan-dollar-as-ke-rupiah-lewat-acara-bersatu-menguatkan-rupiah

Antaranews.com (20/09/2018) "Forkas Tukar Dolar ke Rupiah." antarafoto.com/bisnis/v1537455311/forkas-tukar-dolar-ke-rupiah

Friday, September 14, 2018

Saham Sandiaga yang Melorot vs Saham Erick Thohir yang Meroket


Gbr ilustrasi

Saham Sandiaga yang Melorot vs Saham Erick Thohir yang Meroket

Fakta Ekonomi yang Rakyat Perlu Tahu

Perbincangan Pilpres kini patut disyukuri karena isu SARA setidaknya dapat dinetralisir karena pilihan Presiden Joko Widodo yang kerap diterjang isu agama justru merangkul ulama untuk membangun negeri. Kini isu ekonomi mulai dihembuskan. Penantang Jokowi yang sulit menggunakan isu agama kini coba mencitrakan diri sebagai sosok yang ahli mengelola ekonomi. Benarkah demikian? Mari kita lihat dari bukti nyata performance perusahaannya. 

Sandiaga Uno, cawapres Prabowo kerap dicitrakan ahli ekonomi, ia memiliki saham di PT Saratoga Investama Sedaya TBK atau yang tercatat di IHSG (SRTG). Sandi memiliki saham 27,80% di sana yang dalam iklim bisnis pemilik saham di atas 20% itu berstatus controlling share holder (dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan), seperti menggeser direksi, menentukan arah perusahaan, dll. 

Per hari ini, Kamis (13/9/2018) faktanya saham SRTG terpantau melorot atau berada di zona merah (-4,87%) dengan nilai 3.910. Bahkan, jika dilihat sejak Januari 2015, saham SRTG cenderung terus longsor. Di awal tahun 2015 saja SRTG nilainya di atas 5.000, bandingkan dengan sahamnya hari ini yang hanya berada di kisaran 3.000.

Penurunan SRTG tidak sejalan dengan IHSG yang justru terpantau menguat 0,99% per hari ini. IHSG siang ini tercatat 5.855 setelah kemarin ditutup di angka 5.798. Perlu dicatat, naik turunnya saham dipengaruhi oleh kepercayaan investor atau pelaku bisnis terhadap prospek atau masa depan perusahaan. 

Selain menakar peluang sukses atau tidaknya karir pemilik saham ke depan,  prospek dapat dinilai dari rekam jejak pemimpin perusahaan atau pemilik saham di masa lalu. Semakin pemilik saham dipercaya investor mampu mengelola ekonomi, maka saham itu nilainya akan naik. 

Apa yang dialami SRTG milik Sandi justru kontras dengan yang dialami oleh  PT Mahaka Media TBK (ABBA), yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Erick Thohir, sosok yang baru-baru ini ditunjuk sebagai Ketua Tim Pemenangan Joko Widodo di Pilpres 2019. Per hari ini, saham ABBA meroket hingga 30 persen. Bahkan, jika diakumulasikan sejak Senin (10/9/2018), lonjakan saham ABBA mencapai 91,66%. 

Kalangan pebisnis dinilai lebih optimis melihat kesuksesan Erick ke depannya, khususnya dalam kontestasi politik Pilpres 2019 antara dirinya vs Sandi. Jokowi dinilai masih sangat dicintai rakyat. Erick pun dinilai lebih cakap mengelola perusahaannya berkaca dari berbagai bisnis olahraga dan media yang hingga kini terbilang sukses. 

Jadi, inilah fakta sebenarnya, bahwa kalangan pebisnis justru lebih optimis kepada Presiden Joko Widodo yang dilihat dari figur Erick Thohir yang mendukungnya. Semua data di atas tentu saja real yang bisa dipantau dan diakses di www.idnfinancials.com media yang memantau pergerakan saham tidak hanya di Indonesia, tetapi dunia. 

Rofiq Al Fikri
Koordinator Jaringan Masyarakat Muslim Melayu

Analogi "Thanos Infinity War", Pidato Terkeren Pemimpin Dunia, Mungkinkah Ada Peran Erick Thohir?

Analogi "Thanos Infinity War", Pidato Terkeren Pemimpin Dunia, Mungkinkah Ada Peran Erick Thohir?

Berpidato di hadapan para pemimpin dunia dalam World Economic Forum (WEF) 2018 di Hanoi, Vietnam, Rabu (12/9/2018), Presiden Jokowi menggunakan perumpamaan yang sangat milenial. Ia mengambilnya dari film "Avengers:  Infinity War" atau komik Marvel, terutama karakter Thanos yang menghancurkan dunia demi menguasai sumber daya di dunia untuk menegakkan kejayaannya.
Banyak yang menyangka Presiden sedang menyerang Donald Trump melalui perang dagangnya. Trump (Amerika Serikat) ingin menang sendiri. Melalui kebijakan proteksionis, Donald Truump berusaha mengembalikan kejayaan ekonomi Amerika Serikat dengan mengorbankan kestabilan ekonomi dunia.
Namun presiden kemudian menjelaskan, Thanos bukan monopoli Amerika Serikat. Thanos ada dalam diri setiap orang dalam bentuk paham atau gagasan bahwa kemenangan hanya bisa diraih dengan mengalahkan yang lain.
Ini adalah prinsip kompetisi yang menjadi semangat dasar kapitalisme. Yang satu menang berarti yang lain kalah.
Dalam kapitalisme, ke dalam negeri tugas negara hanya menyediakan ruang pertarungan terbuka bagi aktor-aktor ekonomi untuk mengembangkan segala daya yang dimiliki untuk menang dalam persaingan. Logikanya jika tiap-tiap orang berusaha semaksimal mungkin untuk keluar sebagai pemenang, dan mengalahkan yang lain, total output masyarakat akan meningkat.
Sementara ke luar negeri, negara bertindak sebagai perpanjangan tangan aktor-aktor ekonomi dominan di negerinya untuk bersaing melawan negara-negara lain  demi menguasai sebesar-besarnya sumber daya ekonomi dunia: bahan baku, energi, modal, pasar, ilmu pengetahuan, dan tenaga kerja.
Konsekuensi kapitalisme adalah ada winners dan lebih banyak lagi losers. Para pemenang akan terus bertambah kuat dan terus saja menjadi pemenang. Kaum yang kalah akan kian tersingkir dari persaingan dan jumlahnya terus bertambah banyak, menghasilkan struktur piramida masyarakat yang kian lancip.
Jokowi ingin mengganti itu, mengganti prinsip persaingan, prinsip menang-kalah, mental dasar Thanos itu dengan semangat kolaborasi, semangat gotong-royong, kemitraan.
Inilah semangat sosialisme genuine yang coba dikembalikan oleh negara-negara di Amerika Latin yang menyebutnya sebagai Sosialisme abad 21. Ini juga semangat ekonomi Pancasila yang Soekarno sebut sebagai sosialisme Indonesia.
Prinsip ini berbeda dibandingkan sosialisme Uni Soviet era Stalin yang didasarkan pada perencanaan terpusat oleh negara. Perencanaan terpusat oleh negara hanya akan menghasilkan kapitalisme baru, kapitalisme negara.
Dalam ekonomi gotong royong tiap-tiap individu didorong untuk berpartisipasi, untuk bermitra.  Hal inilah yang akan dilanjutkan dalam Nawacita II, yang oleh Ma'ruf Amin disebut arus baru ekonomi Indonesia, ekonomi keumatan yang semangat dasarnnya adalah kemitraan antara yang kuat (pengusaha-pengusaha besar) dan yang lemah (ekonomi kolektif rakyat: pesantren, koperasi-koperasi, kelompok-kelompok usaha binaan gereja).
Saya ingat, pada pemilu 2014, ketua jurusan ilmu politik sebuah kampus di Kupang minta saya bersama seorang sosiolog Univ. Birmingham dan seorang direktur LSM bicara tentang perbedaan platform Jokowi dan Prabowo. Seorang penanya menelepon, menanyakan pendapat kami soal kabar jika gagasan-gagasan Jokowi itu sosialis.
Saya jawab, pada dasarnya baik gagasan-gagasan Prabowo pun Jokowi menentang kapitalisme neoliberal. Ada jejak sosialisme pada gagasan kedua tokoh visioner ini. Yang berbeda adalah pada Prabowo kita melihat kecenderungan kuat ekonomi perencanaan terpusat yang dipakai Uni Soviet dan China era Mao. Pada Jokowi yang lebih dominan adalah gagasan partisipasi komunitas-komunitas rakyat dan koperasi seperti sosialisme abad 21 Amerika Latin.
Diferensiasi gagasan ekonomi kerakyatan dua tokoh ini masih berlaku hingga kini. Dalam gagasan ekonomi konstitusional Prabowo yang berlandaskan Pasal 33, peran sentral perencanaan negara masih sangat kuat. Demikian pula gagasan ekonomi gotong royong Jokowi kian kuat aroma partisipasi komunitasnya, terutama oleh apa yang Ma'ruf Amin katakan sebagai ekonomi keumatan yang berbasis kemitraan vertikal pengusaha besar dan usaha kolektif rakyat.
Bahwa hingga kini wujud dari ekonomi gotong royong itu belum sungguh jadi wajah utama perekonomian Indonesia, kompleks sebabnya. Salah satunya adalah sempitnya ruang fiskal pemerintah yang hanya menyediakan pilihan-pilihan kebijakan yang terbatas. Namun bertumbuhnya BUMDes bisa saja salah satu indikator kita sedang mengarah ke sana.
Mungkinkah ada peran Erick Thohir?
Gagasan ekonomi Pancasila alias ekonomi gotong royong alias sosialisme Indoonesia tentu merupakan gagasan lama, gagasan yang Jokowi ambil dari Soekarno. Namun menggunakan Thanos dalam infinity War sebagai perumpamaan untuk menyampaikan hakikat kegagalan kapitalisme adalah sungguh kreatif, benar-benar sesuatu yang baru.
Gara-gara perumpamaan Thanos itu, pidato Jokowi--yang sebenarnya sarat muatan ideologis--jadi terasa cerah ceria, khas milenial.
Tidak salah menduga ada peran Erick Thohir dan kaum muda lain dalam Tim Kampanye Nasional Jokowi di balik pidato ini. Jika toh bukan Erick Thohir dan rombongannya yang menyumbangkan perumpamaan ini, bisa saja para peracik pidato itu dipengaruhi semangat milenial yang dibawa masuk Erick Thohir ke lingkaran Joko Widodo.
Ini kejutan yang sama seperti konsep Presiden muncul dalam upacara pembukaan Asian Games mengendarai motor. Spontan. Anti-protokoler baku. Anti-kelaziman mapan. Segar, penuh simbol yang akrab bagi kalangan milenial.
Ya, saya duga demikian. Bergabungnya orang-orang kreatif seperti Erick Thohir ke dalam lingkaran istana membawa semangat baru. Memang bukan soal konten, melainkan soal kemasan, dan itu penting sebab seringkali konten hanya bisa diterima jika dikemas menarik.
Sumber:
CNBCIndonesia.com (12/09/2018) "Jokowi Sebut Ada 'Thanos' yang Mau Hancurkan Ekonomi Global!"
Source : https://www.kompasiana.com/tilariapadika/5b99c1ca6ddcae2a4d656e82/analogi-thanos-invinity-war-salah-satu-pidato-terkeren-pemimpin-dunia-pidato-jokowi?page=2

Tuesday, September 4, 2018

Ini Bedanya Pelemahan Rupiah 2018 dan Krismon 1998



Perlu sekali dibaca & dimengerti:

Ini Bedanya Pelemahan Rupiah 2018 dan Krismon 1998

Rupiah terus mengalami tekanan dari dolar Amerika Serikat (AS). Perdagangan dolar AS hari ini sudah mencapai posisi Rp 14.897. Waktu krisis 1998 nilai dolar AS berada di kisaran Rp 16.500.

Apa iya Indonesia menuju krisis?
Jika tidak apa bedanya nilai Rupiah kini dan 20 tahun lalu?

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menjelaskan kondisi Indonesia saat ini tidak mirip dengan era 97-98. Menurut dia 20 tahun lalu ada masalah politik yang kuat dan terlalu runyam.

"Kalau sekarang itu Indonesia, sepenuhnya masalah ekonomi dan sentimen global," kata Jahja kepada detikFinance, Selasa (4/9/2018).

Jahja mengharapkan, isu ekonomi ini tidak dijadikan bahan untuk politik, meskipun di dunia politik semua cara dihalalkan.

"Harapan saya jangan lah, kalau NKRI hancur kan kita rakyat sama-sama menanggung rugi, padahal sekarang lagi bagus. Menurut saya, kalau tidak ada faktor eksternal atau global ini Indonesia masih bagus ekonominya, tidak ada yang mengganggu kepercayaan masyarakat," ujarnya.

Ekonom PermataBank Josua Pardede menjelaskan, saat ini nilai tukar sebagian negara berkembang cenderung terkoreksi terhadap dolar AS, namun kondisi ini masih jauh dari krisis 1998.

Dia menjelaskan kondisi fundamental perekonomian Indonesia sekarang sangat berbeda dengan kondisi fundamental pada tahun 1998. Saat itu krisis yang berawal dari krisis mata uang Thailand Bath juga diperburuk dengan pengelolaan utang luar negeri swasta yang tidak prudent karena sebagian utang luar negeri swasta tidak memiliki instrumen lindung nilai.

Josua mengungkapkan, saat itu penggunaan utang jangka pendek untuk pembiayaan usaha jangka panjang, serta utang luar negeri yang dipergunakan untuk pembiayaan usaha yang berorientasi domestik.

"Krisis utang swasta pada 1997-1998 tersebut yang mendorong tekanan pada rupiah di mana tingkat depresiasi rupiah mencapai sekitar 600% dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, yaitu dari Rp 2.350 per dolar menjadi Rp 16.000 per dolar," kata Josua.

Sementara jika melihat kondisi fundamental Indonesia pada tahun ini, pengelolaan utang luar negeri swasta cenderung lebih berhati-hati dimana Bank Indonesia juga sudah mewajibkan transaksi lindung nilai bagi korporasi dalam rangka mengelola risiko nilai tukar.

"Pengelolaan yang lebih baik dari utang luar negeri swasta terlihat dari pertumbuhan utang jangka pendek yang cenderung rendah," ujar dia.

Selain itu, jika volatilitas nilai tukar rupiah cenderung meningkat, BI diperkirakan akan kembali lagi memperketat kebijakan moneternya dalam jangka pendek ini untuk meningkatkan kepercayaan pelaku pasar.

Mempertimbangkan perbaikan fundamental ekonomi, afirmasi dari Fitch terhadap peringkat utang Indonesia yang masih layak investasi dengan outlook stable, maka pemerintah dan BI diperkirakan akan dapat mengelola stabilitas rupiah sehingga dapat meredam pelemahan rupiah di bawah level Rp 15.000 per dolar AS.

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan kondisi saat ini dan 98 berbeda. Meskipun sama-sama dipicu krisis mata uang negara berkembang. Saat 1998 krisis dimulai dari Thailand dan tahun ini dimulai dari Turki dan Argentina.

Menurut Bhima, dari kesiapan Indonesia menghadapi krisis terlihat dengan perbaikan rating utang yang signifikan. Tahun 1998 rating Fitch anjlok hingga B- dengan outlook Negatif. Tahun 2018 per September Fitch memberikan rating utang BBB dengan outlook Stabil.

Kemudian kinerja pertumbuhan ekonomi 1998 merosot ke -13,6%. Saat ini pertumbuhan ekonomi berada di 5,2% per triwulan II 2018. Inflasi sempat naik hingga 77% saat krisis moneter.

"Sekarang cukup stabil di bawah 3,5%. Pelemahan kurs rupiah belum terlihat dampaknya pada Agustus 2018 yang justru mencatat deflasi," imbuh dia.

Kemudian cadangan devisa tahun 1996 sebelum krisis berada di angka US$ 18,3 miliar. Saat ini cadev di kisaran US$ 118,3 miliar.

"Kemampuan BI untuk intervensi rupiah melalui cadangan devisa jauh di atas kemampuan tahun 1996 sebelum menghadapi krisis," ujarnya.

Meskipun beberapa indikator menunjukkan perbaikan. Tapi pemerintah harus mewaspadai defisit transaksi berjalan yang menembus 3% pada kuartal II 2018.

"Negara dengan defisit transaksi berjalan sangat rentan terpapar krisis ekonomi. Seperti Turki dan Argentina yang kedua nya memiliki defisit transaksi berjalan yang cukup lebar," imbuh dia.

Ini Bedanya Pelemahan Rupiah 2018 dan Krismon 1998
http://detik.id/6ifWtT

Tags