Latest News

Showing posts with label Anti Radikalisme. Show all posts
Showing posts with label Anti Radikalisme. Show all posts

Monday, October 29, 2018

Islam Moderat Harus Membumi



Gbr Ilustrasi

Islam Moderat Harus Membumi

PPIM UIN Jakarta menggelar launching hasil survei di Hotel Le Meridien, 16 Oktober 2018. Survei
PPIM UIN Jakarta
 2018 "Pelita yang Meredup" ini merupakan kelanjutan dari survei "Api dalam Sekam" tahun 2017 mengenai keberagamaan siswa/mahasiswa dan guru/dosen.

Fenomena maraknya kecenderungan intoleran dan radikalisme agama tidak hanya terjadi pada siswa sekolah menengah, namun juga terjadi pada level pendidikan paling dini sekalipun.

Ada temuan yang menarik dari survei tahun lalu, bahwa guru memiliki tingkat opini intoleransi yang cukup tinggi. karenanya tahun ini PPIM memperdalam temuan tersebut dengan melakukan survei terhadap 2.237 guru dan kepala sekolah (musllim) di 34 provinsi.

Sedangkan alat ukur yang digunakan adalah self report- CAI dan IAT, IAT ini jarang digunakan terlebih di Indonesia. Tes psikologis ini lebih bersifat tidak langsung dan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi pada responden dewasa.

Profil sampel guru mencakup kategorikal mata pelajaran yang diampu, guru kelas (sekolah dasar), honorer, dari yayasan, penghasilan, jenis kelamin, dll. Mulai dari guru TK/ RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/K/MA.

Temuan
Temuan-temuan menarik di lapangan berdasarkan survei yang dilakukan di lapangan yang pertama adalah guru di Indonesia mulai dari TK/RA hingga SMA/MA memiliki opini toleran dan opini radikal yang tinggi.

Direktur PPIM UIN Jakarta menjelaskan bahwa opini intoleran para guru melalui uji IAT mencapai 56.90% dan melalui kuesioner sebesar 63.07%.

Bila ada kesempatan, aksi intoleran 29% guru berkeinginan untuk menandatangani pelisi menolak kepala dinas pendidikan yang berbeda agama.

Lalu, 34% guru pun berkeinginan untuk menandatangani petisi menolak pendidikan sekolah berbasis agama non-islam di sekitar tempat tinggalnya.

Ironisnya, 29% guru setuju untuk ikut berjihad di Filipina Selatan, Suriah, atau Irakdalam memperjuangkan berdirinya agama Islam.

Kemudian, 33% guru pula setuju untuk menganjurkan orang lain agar ikut berperang mewujudkan negara Islam.

Sedang 27,59% guru berkeinginan untuk menganjurkan orang lain agar ikut berperang dalam mewujudkan negara Islam.

Tak sampai disitu, 13.30% guru berkeinginan untuk menyerang polisi yang menangkap orang-orang yang sedang berjuang mendirikan agama Islam.

Bila dilihat dari sisi gender, guru wanita ternyata memiliki sifat intoleran yang lebih tinggi dibandingkan guru laki-laki. Bila dilihat dari jenis sekolah, ternyata sekolah swasta dan madrasah memiliki sikap intoleran yang lebih tinggi dibandingkan sekolah negeri.

Faktor-faktor yang terkait dengan intoleransi dan radikalisme diantaranya adalah pandangan Islami, aspek demografis, dan ormas serta sumber pengetahuan keislaman.

Peran ormas Islam yang paling berperan dalam timbulnya sikap intoleran dan radikalisme yaitu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Nahdhatul Wathan, Majelis Tafsir Alquran, dan Front Pembela Islam.

Kalau ditinjau dari pengalaman organisasi yang pernah diikuti guru pada saat mahasiswa, ternyata organisasi HMI memberi pengaruh 12.30%, PMII 7.20%, LDK 3.98%, KAMI 1.4%, dan IMM 0.9%. Sedangkan 62.28% guru tidak pernah aktif berorganisasi pada saat menjadi mahasiswa.

Henny Supolo Sitepu (Ketua Yayasan Cahaya Guru) mengatakan bahwa,"bisa jadi guru menjadi intoleran bukan berarti karena mereka 'tidak mau' tetapi bisa jadi mereka 'tidak tahu'. Ketidaktahuan guru tentang agama lain membuatnya memiliki sikap intoleran.

"Kita perlu membuka ruang-ruang perjumpaan, mengadakan praktik-praktik yang positif, dan mengangkat nilai kemanusiaan agar guru mulai menyadari bahwa kebinekaan merupakan suatu perbedaan yang indah, yang harus ditanamkan kepada peserta didiknya", imbuh Henny Supolo Sitepu,MA.

Heru Purnomo (Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia) juga menanggapi hasil survei nasional PPIM. Ia mengatakan bahwa pendidikan merupakan strategi pengetahuan yang harusnya digunakan para guru untuk menyampaikan paham-paham intoleran dan radikalisme kepada muridnya.

Heru juga mengatakan,"Guru muda yang berpenghasilan rendah cenderung memiliki sifat intoleran. Ya mungkin saja itu karena ia sedang mencari keadilan dan keadilan yang hakiki di dunia ini adalah keadilan Tuhan. Oleh karena itu ia lebih menekankan muridnya untuk taat beragama saja"

Bahrul Hidayat, Ph.D (Ahli pendidikan) menanggapi bahwa "identity closes" membawa pengaruh yang besar kepada individu untuk lebih mengutamakan orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu mereka menolak untuk memilih kepala dinas yang berbeda agama.

"Bagian lain yang harus kita pahami yaitu mengenai pembelajaran keagamaan kita sendiri. Apakah kita dan tokoh agama kita sudah mengajarkan Islam yang rahmatan lil alamin?", imbuh Bahrul Hidayat (Ahli Pendidikan).

Menurut Prof. Dr. Jamhari Makruf (Advisory Board PPIM),"Guru memang aktor penting yang memberi pengaruh tumbuhnya sikap intoleran. Untuk itu, perlu berbagai program yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mendapat pengalaman dalam lingkungan yang majemuk dan beragam"

Rekomendasi
Sebagai hasil dari penelitian, PPIM UIN Jakarta mengajukan rekomendasi sebagai berikut : Pertama, perlu berbagai program yang memberikan kesempatan pada guru madrasah untuk mendapat pengalaman dalam lingkungan majemuk dan beragam, meningkatkan religious literasi pada guru madrasah agar mengenal agama dan kelompok yang berbeda.

Kedua, salah satu cara yang efektif memperkuat wawasan kebangsaan dan kemajemukan para guru baik yang mengabdi di madrasah maupun swasta adalah pemberdayaan lembaga-lembaga yang memproduksi guru, seperti LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan), Pendidikan Profesi Guru (PPG), Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB).

Ketiga, peranan Ormas-ormas seperti NU dan Muhammadiyah yang selama ini dikenal mendakwahkan Islam moderat harus lebih membumi.

(Dwi Nugroho) selamat datang di: www.politikandalan.blogspot.com

Sunday, October 28, 2018

SURAT TERBUKA UNTUK ADEKKU YANG CANTIK PENDUKUNG HTI


Gambar Ilustrasi

SURAT TERBUKA
UNTUK ADEKKU YANG CANTIK PENDUKUNG HTI

Adekku yang cantik.....

Dek, apa kabar ? Senang melihatmu begitu atraktif mendukung Hizbut Thahrir. Adek pasti sama dengan sekian ratus pendukung Hizbut Thahrir di seluruh dunia, bermimpi tentang indahnya negeri ini ketika berada di bawah naungan khilafah.

Tapi coba dech abang ingatkan dulu dengan sebuah peristiwa...

Adek kenal wanita yang bernama Bibi Aisha ?
Bibi Aisha adalah gadis muda cerdas yang tinggal di Afghanistan. Ia sebelumnya baik-baik saja sebelum ayahnya berhutang pada organisasi Taliban. Taliban ini adalah pendukung khilafah, sama seperti yang Hizbut Thahrir lakukan. Mereka punya keyakinan yang sama.

Akhirnya Bibi Aisha dikawinkan paksa pada usia 14 tahun, justru saat dia sedang menikmati masa remajanya. Dan adek tahu apa yang terjadi pada Bibi Aisha ? Dia dihajar habis oleh suaminya, karena konsep khilafah yang mereka yakini tidak mengenal wanita sebagai pendamping, tapi hanya aksesori.

Bibi Aisha kabur dari suaminya tetapi ia tertangkap. Dan adek tahu apa yang dialami Bibi Aisha? Hidungnya yang mancung dipotong oleh suaminya dan Bibi Aisha ditinggal dalam kondisi koma karena kekurangan darah. Untunglah ia ditemukan oleh orang baik dan dilarikan ke rumah sakit.

Wajah Bibi Aisha dengan hidungnya yang hilang kemudian menjadi cover majalah Time tahun 2010 dan ia bercerita tentang kehidupan di Afghanistan pasca penguasaan kelompok Taliban yang meyakini negara Islam.

Penderitaan Bibi Aisha juga yang diderita para wanita di Nigeria yang diculik oleh kelompok Boko Haram yang meyakini konsep khilafah yang sama. Jangan tanya apa yang dilakukan ISIS kepada wanita dan para gadis yang bahkan belum matang di Irak dan Suriah. Mereka habis-habisan diperkosa..

Adekku yang cantik..

Adek harusnya bersyukur tinggal di negeri tercinta ini. Negeri indah yang memuliakan wanita. Mendorong wanita supaya bisa setara dengan pria. Memberikan pendidikan yang sama tanpa membedakan siapa dia.

Banyak pahlawan wanita disini, RA Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Mala Hayati, Christina Martha Tiahahu dan lain lain yang berjuang untuk mendapatkan sisi yang sama dengan para lelaki.

Adek bisa masih cantik dan bebas bersuara, karena konsep dan sistem Pancasila di negeri ini. Jika Indonesia menjadi negeri khilafah seperti yang adek dambakan, adek sudah pasti tidak bisa turun ke jalan apalagi bersuara keras seperti sekarang yang adek lakukan. Adek bisa-bisa sudah dikawinkan sejak dini dan harus patuh pada suami untuk tidak boleh kemana-mana, bahkan untuk shopping keluar saja. Belum lagi mengalami kekerasan.

Adekku yang cantik, boleh-boleh saja bermimpi tentang negara Islam, tetapi manakah di dunia ini yang sudah menerapkan sistemnya ? Belum ada, dek. Bahkan negara sekelas Arab Saudi saja masih monarkhi dan dari penerapan syariat mereka wanita berada di kelas dua. Mereka baru boleh menyetir mobil sendiri baru-baru saja. Bukan karena Saudi menghormati wanita, tapi karena ekonomi mereka sedang berada pada titik terendah dan penerapan supir untuk wanita membebani kas negara.

Jadi adek seharusnya cukup bersyukur saja bahwa adek ada di tempat yang memuliakan wanita. Negeri Indonesia adalah surganya. Tidak perlu ribut menggantinya dengan sistem yang bahkan adek tidak mengerti dampaknya.

Mungkin Bibi Aisha dan banyak wanita lain di dunia (yang ditindas dengan sistem khilafah yang salah) akan berseru, "Hai cantik. Nikmat Tuhan manakah yang kau ingkari dengan hidup di negeri seperti Indonesia-mu itu ? Lihatlah kami, diri kami ditindas setiap hari karena arogansi sebuah sistem yang menjadikan wanita sebagai aksesori. Bersyukurlah, apakah tidak cukup bagimu semua ini ?"

Adekku yang cantik, belajarlah dengan baik. Jadilah wanita yang bisa mengangkat derajat dan harkat sesamamu nanti. Tidak usah meributkan hal yang tidak kau mengerti. Biar kami yang menjaga negeri ini dan cukuplah dirimu mendukung perjuangan kami menjaga dirimu, kaum wanita sepertimu dan ibu pertiwi.

Salam dari abang
Pendukung Secangkir Kopi
Denny Siregar

Banyak pihak melihat bahwa Indonesia sedang digiring ke arah perang saudara seperti Suriah.


 Banyak pihak melihat bahwa Indonesia sedang digiring ke arah perang saudara seperti Suriah.

Apalagi, kejadian yang berlangsung hari ini memperlihatkan perbuatan SEGELINTIR orang membakar bendera HTI kemudian dicitrakan sebagai aksi organisasi BANSER dan dibenturkan dengan masyarakat awam.

M. Najih Arromadoni alumnus Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus dan Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyamy) melihat pola-pola Suriah terlihat semakin jelas di Indonesia.

Bahkan pola tersebut sama persis.

"Keberhasilan kelompok radikal dalam membabakbelurkan Timur Tengah menginspirasi kelompok radikal di berbagai belahan dunia lain.

Wacana itu kemudian sampai ke Indonesia, paling tidak mulai 2016.

Fakta-fakta menunjukkan banyak pola Suriah yang disalin menjadi sebuah gerakan-gerakan di Indonesia.

Indikasi menguatnya penggunaan kedok agama demi kepentingan kekuasaan, sebagaimana pernah dilakukan di Suriah, terlihat dalam banyak hal, di antaranya adalah penggunaan masjid sebagai markas keberangkatan demonstran.

Jika di Damaskus masjid besar untuk kumpul demonstrannya Jami' Umawi, maka di Jakarta Masjid Istiqlal.

Adakah yang pernah menghitung, berapa kali Masjid Istiqlal diduduki pelaku berangkat demonstrasi?

Pelaksanaannya pun kebanyakan di hari Jumat seusai waktu Salat Jumat, didahului dengan hujatan politik di mimbar kotbah, sehingga mengelabui pandangan masyarakat.

Persis dengan apa yang pernah terjadi di Suriah menjelang krisis.

Masjid pun berubah menjadi tempat yang tidak nyaman, gerah, dan tidak lagi menjadi tempat 'berteduh'.

Kedua, menghilangkan kepercayaan kepada pemerintah dengan terus-menerus menebar fitnah murahan terhadap pemerintah.

Sesekali presiden Suriah Basyar al-Assad dituduh Syiah, sesekali dituduh kafir, dan pembantai Sunni.

Kelompok makar bahkan menghembuskan isu bahwa al-Assad mengaku Tuhan, disebarkanlah foto bergambar poster al-Assad dengan beberapa orang sujud di atasnya.

Dalam konteks Indonesia, Anda bisa mengingat-ingat sendiri, presiden Indonesia pernah difitnah apa saja, mulai dari Kristen, Cina, Komunis, anti-Islam, mengkriminalisasi ulama, dan sederet fitnah lainnya.

Ketiga, pembunuhan karakter ulama. Dalam proses menghadapi krisis, ulama yang benar-benar ulama tidak lepas dari panah fitnah,
bahkan yang sekaliber Syeikh Sa'id Ramadhan al-Buthi, yang pengajiannya bertebaran di berbagai saluran televisi Timur Tengah,
kitabnya mengisi rak-rak perpustakaan kampus-kampus dunia Islam, dan fatwa-fatwanya menjadi rujukan.

Begitu berseberangan pandangan politik dengan mereka, seketika dituduh sebagai penjilat istana dan Syiah (padahal beliau adalah pejuang Aswaja yang getol).

Upaya penghancuran atas nama Islam sedang digulirkan di negara kita.

Pola-pola yang sama ketika kelompok radikal menghancurkan Suriah sedang disalin untuk menghancurkan negara kita.

Bedanya Suriah sudah merasakan penyesalan dan ingin rekonsiliasi, merambah jalan panjang membangun kembali negara mereka. Sedangkan, kita baru saja memulai.

Jika kita tidak berusaha keras menghadang upaya mereka, maka arah jalan Indonesia menjadi Suriah kedua hanya persoalan waktu. Semoga itu tidak pernah terjadi."

https://www.gelorabangsa.com/2018/10/yang-bicara-bukan-sembarang-orang.html

Friday, September 21, 2018

STRATEGI MEMBUNUH CINTA TANAH AIR



STRATEGI MEMBUNUH CINTA TANAH AIR

Ketika ISIS menguasai sebuab wilayah, apa yang pertama dihancurkan? Semua ornamen sejarah dan artefak yang menjadi simbol kebesaran bangsa tersebut. Kenapa perlu dihancurkan? Agar tidak tersisa lagi rasa nasionakisme dan kebanggan masyarakat kepada bangsanya.

Dengan cara itukah ISIS atau Alqaedah menguasai sebuah bangsa. Mereka merusak semua hal yang bisa dijadikan sebagai pengikat masyarakat. Mereka menghancurkan sejarahnya. Mereka merubuhkan semua kebesaran bangsa tersebut.

Strategi yang sama juga dilakukan di Indonesia. Mereka mengharamkan hormat bendera. Mengharamkan nyanyi Indonesia Raya. Pokoknya mereka berusaha membendung segala sesuatu yang dapat membuat orang berbangga hati menjadi bagian dari Indonesia.

Tapi, mengharamkan hornat bendera terlaku vulgar. Menggaramkan Indonesia Raya terlaku kentara.

Gunakan cara yang lebih lembut.

Yang paling mudah adalah rusaklah rasa bangga menjadi orang Indonesia. Rendahkan mereka yang berusaha membawa nama harum bangsa ini. Hujat mereka. Agar tidak tersisa kebanggan sedikitpun terhadap sesuatu yang bernama Indonesia.

Jika rasa bangga bernegara sudah dikikis habis, akan mudah menguasai Indonesia. Rakyat akan merusak persatuannya sendiri. Akan menghancurkan prestasi-prestasi bangsanya sendiri.

Wajar saja jika kader Pekaes memuja Erdogan, pemimpin bangsa lain, dan melecehkan Presidennya sendiri. Sebab satu-satunya cara Pekaes bisa berkuasa adalah dengan merobohkan kecintaan rakyat terhadap Indonesia. Jika rakyat membenci segala yang berbau Indonesia, itulah kesempatan mereka untuk berkuasa.

Itu juga yang dilakukan HTI. Felix Siauw akan berkampanye terus untuk menghancurkan nasionalisme kita. Caranya dengan membenturkan rasa nasionalisme dengan Islam. Tujuannya agar publik bingung dan akhirnya neninggalkan kecintaan pada bangsanya. Jika nasionalisme sudah tercerabut dari hati rakyat maka khilafah baru bisa ditegakkan. Khilafah tidak mungkin tegak dalam masyarakat yang masih ada rasa cinta pada tanah airnya. HTI tahu benar soal yang satu ini.

Kampanye anti Islam Nusantara adalah salah satu strategi untuk membenturkan agama dan nasionalisme. Sesuatu yang sebetulnya sudah selesai dibahas oleh para pendiri bangsa, kini diungkit-ungkit lagi untuk dibenturkan.

Tradisi nasional dituding sesat. Cara berpakaian, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan sederhana yang khas Indonesia berusaha digerus.

Jika tidak mempan juga, susupkan perayaan-perayaan yang menjadi simbol nasionalisme dengan propaganda anti nasionalisme. Anak-anak TK yang masih polos, seragamkan dengan pakaian ala jihadis. Kampanyekan bahwa para jihadis yang suka menghancurkan berbagai negara itu juga bagian dari Indonesia.

Bilang saja itu pakaian perjuangan ala Rasul. Dengan tentara perempuan bercadar memanggul senapan AK 47. Padahal pakaian itu lebih mirip teroris.

Ada momen Asian Games. Seluruh dunia memuji acara pembukaanya. Itu menyebabkan rasa bangga kita sebagai orang Indonesia membuncah. Jangan dibiarkan. Ini harus dicegah. Jangan samoai rakyat tambah cinta dengan tanah airnya.

Maka coba saksikan sekarang. Lihat komentar akun-akun Pekaes di medsos. Mereka berusaha merusak kebanggaan Anda sebagai orang Indonesia. Mereka berusaha membuat acara itu jadi jelek. Mereka berusaha sekuat tenaga mempermalukan bangsanya. Segala hal remeh temeh dikomentari. Tujuannya agar Anda jangan pernah berbangga jadi orang Indonesia.

Lihat juga akun-akun simpatisan HTI, mereka berusaha mencerabut kecintaan Anda pada Indonesia.

Tujuan mereka untuk merobek rasa cinta tanah air bersambut dengan politisi kacangan. Mereka juga mempermasalahkan hal-hal kecil seolah tidak ikhlas jika bangsanya dipuji seluruh dunia. Kenapa? Karena kalau pemerintah mampu menghadirkan kebesaran kita sebagai bangsa, mereka merass kalah. Merasa terpojok. Sebab bagi mereka lebih untung bangsa ini rusak dan kerdil, dengan begitu nanti bisa merebut kekuasaan.

Maka lihatlah komentarnya. Aksi Presiden yang bermaksud terlibat intens dalam pembukaan Asian Games, untuk memeriahkan pesta olahraga itu jadi bahan nyinyiran. Apa tidak ada cara lain untuk mengkritisi?

Saya amat yakin sebagai manusia yang punya nilai artistik, apapun pilihan politik Anda, pasti kagum juga menyaksikan pembukaan acara Asian Games kemarin. Itu normal. Memang keren kok.

Bahkan seluruh dunia yang tidak punya urusan dengan copras-capres,  memujinya. Dengan tampilan itu, mereka jadi penasaran tentang Indonesia. Mereka kagum denga  kekayaan dan keindahan budaya dan keragaman etnis kita.

Tapi, sekali lagi. Jangan biarkan rasa bangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia mengaliri semangat rakyat. Jangan biarkan rasa cinta tanah air membuncah di hati setiap orang.

Sebab mereka yakin. Hanya dengan menanam kebencian pada tanah airlah, mereka bisa berkuasa di Indonesia.

Jika rakyat masih memiliki rasa cinta pada bangsanya, orang-orang seperti mereka tidak akan pernah mendapat tempat di kursi kekuasaan.

"Padahal kalau makan bubur ayam, mereka masih memakai mangkok cap ayam jago, mas. Itu Indonesia banget, lho..."

www.ekokuntadhi.com

Beredar, Rekaman Ancaman ISIS untuk Pemerintahan Jokowi

Ilustrasi. (CNNIndonesia/Laudy Gracivia)

Beredar, Rekaman Ancaman ISIS untuk Pemerintahan Jokowi


Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah video berisi ancaman dari pihak yang menyebut diri sebagai Divisi Peretasan ISIS kepada pemerintah Indonesia beredar di jagat maya, pada Selasa (21/8).

Melalui video berdurasi 1 menit, pihak yang menyebut diri sebagai Hacktivist 1435 itu menyampaikan ancaman menggunakan bahasa Inggris dan diterjemahkan dengan teks berbahasa Indonesia.

Di awal rekaman tersebut, terdengar satu narator berkata, "Dengan nama Allah, pesan untuk pemerintah Indonesia. Kami peretas dari Tentara Ansar Khilafah. Apa yang telah kamu lakukan kepada saudara-saudaraku?"

Suara pria itu kemudian terdengar membahas segala kesewenangan yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap "saudara-saudara"-nya, seperti penjara, pembunuhan, dan siksaan, hingga pemblokiran akun sosial media.


"Kami akan membalas semua yang telah Anda lakukan. Kami akan berjuang dan meneror Anda di dunia nyata dan dunia maya. Kami akan menyerang dan meneror Anda di dunia maya. Kami akan berbagi akun yang telah kami retas untuk saudara kami Ansar Khilafah untuk melanjutkan dakwah dan jihad," katanya.

Ancaman itu ditutup dengan pernyataan berbunyi, "Kami Divisi Peretas ISIS. Kami berjuang untuk meninggikan Alquran. Kami Hacktivist 1435, Ansar Caliphate Army. Kami akan menemukanmu dan kami akan membunuhmu."

Hingga saat ini, CNNIndonesia.com belum dapat memverifikasi informasi dan keabsahan video ini secara independen. CNNIndonesia.com sudah menghubungi pihak kepolisian RI, tapi belum mendapat tanggapan. (has/has)

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180821132703-106-323878/beredar-rekaman-ancaman-isis-untuk-pemerintahan-jokowi

Radikalisme: Antara Suriah dan Indonesia



Radikalisme: Antara Suriah dan Indonesia

Krisis politik dan kemanusiaan yang bermula sejak 2011 telah meluluhlantakkan banyak negara Timur Tengah, seperti Libya, Tunisia, Yaman, dan Suriah. Gerakan propaganda kelompok radikal yang mengatasnamakan revolusi (ثورة) ini sudah berkepanjangan dan gagal memenuhi janji-janji manisnya, berupa keadilan dan kesejahteraan.

Gerakan yang dimotori kelompok-kelompok pro-kekerasan ini memang awalnya memikat, karena dibungkus dan disembunyikan di balik kedok-kedok retorik. Media Barat sampai menyebut gerakan mereka sebagai Musim Semi Arab (Arab Spring/al-Rabi' al-'Arabi/الربيع العربي), digambarkan sebagai proses demokratisasi, berlawanan dengan kenyataan yang kemudian tampak, yaitu islamisasi versi khilafah atau khilafatisasi. Berdirilah kemudian khilafah di Suriah, Irak, dan Libya. Ikhwanul Muslimin saat itu memenangkan pemilu di Mesir dan Tunisia.

Demi kepentingan sesaat dan ketika sudah terdesak, mereka memang gemar menggunakan slogan-slogan demokrasi, semisal mereka akan mengerek tinggi-tinggi panji kebebasan ketika perbuatan melanggar hukum mereka ditindak, karena yang sedang dilakukan oleh mereka sejatinya adalah membajak demokrasi. Sejak awal mereka meyakini bahwa demokrasi adalah produk kafir, maka kapan saja ada waktu mereka akan menggerusnya.

Keberhasilan kelompok radikal dalam membabakbelurkan Timur Tengah menginspirasi kelompok radikal di berbagai belahan dunia lain. Jejaring mereka semakin aktif di Asia, Eropa, Afrika, Amerika sampai Australia, berusaha memperluas kekacauan ke berbagai wilayah, dengan harapan bisa mewujudkan cita-cita utopis mereka; mendirikan khilafah di seluruh muka bumi.

Wacana syrianisasi (pen-Suriah-an) kemudian sampai ke Indonesia, semakin ramai disuarakan pada tahun-tahun belakangan, paling tidak mulai 2016. Banyak pihak mensinyalir ada gerakan-gerakan yang berusaha menjadikan Indonesia jatuh ke dalam krisis sebagaimana menimpa Suriah.

Fakta-fakta kemudian bermunculan; banyak pola krisis Suriah yang disalin oleh kelompok radikal, menjadi sebuah gerakan-gerakan di Indonesia. Jaringan-jaringan kelompok radikal di Indonesia juga semakin terang terkoneksi dengan aktor-aktor krisis Suriah. Sebagai contoh Indonesian Humanitarian Relief (IHR), lembaga kemanusiaan yang dipimpin seorang ustaz berinisial BN, yang logistiknya digunakan untuk mendukung Jaysh al-Islam (جيش الإسلام), salah satu kelompok teroris di Suriah.

Pola men-Suriah-kan Indonesia setidaknya tampak dalam beberapa pergerakan berikut; pertama, politisasi agama. Indikasi menguatnya penggunaan kedok agama demi kepentingan kekuasaan, sebagaimana pernah dilakukan di Suriah, terlihat dalam banyak hal, di antaranya adalah penggunaan masjid sebagai markas keberangkatan demonstran. Jika di Damaskus masjid besarnya Jami' Umawi, maka di Jakarta Masjid Istiqlal.

Adakah yang pernah menghitung, berapa kali Masjid Istiqlal diduduki oleh pelaku Yang mau berangkat demonstrasi? Pelaksanaannya pun kebanyakan di hari Jumat seusai waktu Salat Jumat, didahului dengan hujatan politik di mimbar kotbah, sehingga mengelabui pandangan masyarakat terhadap agama yang sakral dan politik yang profan. Persis dengan apa yang pernah terjadi di Suriah menjelang krisis. Masjid pun berubah menjadi tempat yang tidak nyaman, gerah, dan tidak lagi menjadi tempat 'berteduh'.

Hari Jumat, yang semestinya menjadi hari ibadah mulia, berubah menjadi hari-hari politik dan kecemasan, atas kekhawatiran terjadinya chaos. Muncul kemudian istilah "Jumat Kemarahan" sebagai ajakan meluapkan kemarahan di hari Jumat --bukankah itu hanya terjemahan dari "Jumat al-Ghadab جمعة الغضب" yang pernah menjadi slogan politik pemberontak Suriah, diserukan oleh Yusuf al-Qardhawi, tokoh Ikhwanul Muslimin?

Kedua, menghilangkan kepercayaan kepada pemerintah. Dilakukan dengan terus-menerus menebar fitnah murahan terhadap pemerintah. Sesekali presiden Suriah Basyar al-Assad dituduh Syiah, sesekali dituduh kafir, dan pembantai Sunni. Kelompok makar bahkan menghembuskan isu bahwa al-Assad mengaku Tuhan, disebarkanlah foto bergambar poster al-Assad dengan beberapa orang sujud di atasnya.

Dalam konteks Indonesia, Anda bisa mengingat-ingat sendiri, presiden Indonesia pernah difitnah apa saja, mulai dari Kristen, Cina, Komunis, anti-Islam, mengkriminalisasi ulama, dan sederet fitnah lainnya. Tidak usah heran dengan fitnah-fitnah tersebut, yang muncul dari kelompok yang merasa paling 'Islam', karena bagi mereka barangkali fitnah adalah bagian dari jihad yang misinya mulia, dan ciri universal pengikut Khawarij adalah mengkafirkan pemerintah.

Ketiga, pembunuhan karakter ulama. Dalam proses menghadapi krisis, ulama yang benar-benar ulama tidak lepas dari panah fitnah, bahkan yang sekaliber Syeikh Sa'id Ramadhan al-Buthi, yang pengajiannya bertebaran di berbagai saluran televisi Timur Tengah, kitabnya mengisi rak-rak perpustakaan kampus-kampus dunia Islam, dan fatwa-fatwanya menjadi rujukan. Begitu berseberangan pandangan politik dengan mereka, seketika dituduh sebagai penjilat istana dan Syiah (padahal beliau adalah pejuang Aswaja yang getol), hingga berujung pada syahidnya beliau bersama sekitar 45 muridnya di masjid al-Iman Damaskus, saat pengajian tafsir. Beliau dibom karena pandangan politik kebangsaannya yang tidak sama dengan kelompok pembom bunuh diri.

Jika demikian yang terjadi di Suriah, kira-kira Anda paham kan dengan apa yang terjadi di Indonesia, kenapa Buya Syafi'i Ma'arif dianggap liberal, KH. Mustofa Bisri juga dianggap liberal, Prof Quraish Syihab dituduh Syiah, Prof Said Aqil Siraj juga dituduh Syiah, bahkan KH. Ma'ruf Amin atau TGB Zainul Majdi yang pernah dijunjung-junjung oleh mereka, kini harus menanggung hujaman-hujaman fitnah dari kelompok yang sama, ketika propaganda politiknya tidak dituruti? Setelah ulama yang hakiki, mempunyai kapasitas keilmuan yang cukup, mereka bunuh karakternya, maka mereka memunculkan ustaz-ustazah dadakan yang punya kapasitas entertainer yang hanya mampu berakting layaknya ulama.

Keempat, meruntuhkan sistem dan pelaksana sistem negara. Misi utama kelompok radikal adalah meruntuhkan sistem yang ada, dan menggantinya dengan sistem yang ideal menurut mereka, yaitu khilafah atau negara yang secara formalitas syariah, meski substansinya tidak menyentuh syariah sama sekali. Khilafah bagi mereka layaknya 'lampu ajaib' yang bisa memberi apa saja dan menyelesaikan masalah apa saja. Tidak sadar bahwa berbagai kelompok saling membunuh dan berperang di Timur Tengah karena sedang berebut mendirikan khilafah, dan ujungnya adalah kebinasaan.

Saat kelompok makar di Suriah berusaha meruntuhkan sistem dan pelaksana negara, mereka mengkampanyekan slogan al-sha'b yurid isqat al-nizam (rakyat menghendaki rezim turun) dan irhal ya Basyar (turunlah Presiden Basyar). Slogan dengan fungsi yang sama di-copy paste oleh jaringan mereka di Indonesia, jadilah gerakan dan tagar #2019 Ganti Presiden'!

Syrianisasi (pen-Suriah-an) sedang digulirkan di negara kita. Pola-pola yang sama ketika kelompok radikal menghancurkan Suriah sedang disalin untuk menghancurkan negara kita. Bedanya Suriah sudah merasakan penyesalan dan ingin rekonsiliasi, merambah jalan panjang membangun kembali negara mereka. Sedangkan, kita baru saja memulai. Jika kita tidak berusaha keras menghadang upaya mereka, maka arah jalan Indonesia menjadi Suriah kedua hanya persoalan waktu. Semoga itu tidak pernah terjadi.

M. Najih Arromadoni alumnus Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus dan Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami)
(mmu/mmu)

Wednesday, July 4, 2018

Info Dari Istana Negara




Info Dari Istana Negara :
( 20 - 05 - 2018 )

Indonesia pasti akan lebih baik dan lebih maju ekonominya dan di segala bidang, karena keluarnya putusan anti teroris segera terealisasi oleh ketegasan Presiden P. Jokowi, meski ia tidak sempurna, namun P. Jokowi sangat berani dalam mengambil langkah2 lawan anggota DPR yang terduga pro radikalisme & terorisme !!!

Mari baca dengan teliti, agar indonesia lebih maju dan lebih baik.
Merdeka !!!
Sekarang kita baru paham kenapa kemarin alot banget di DPR.

Moment serangan di mako dan di berbagai tempat mempercepat RUU ini.

Semoga setelah ini RUU nya bisa segera disahkan.

P. Jokowi sdh mengultimatum akan mengeluarkan Perpu, jika DPR tidak mengesahkan Draft UU Anti Terorisme pada bulan Juni 2018 ini, yaitu sbb :

#Barang siapa yg mengeluarkan pernyataan mendukung terorisme baik secara langsung, tertulis, atau tidak langsung melalui media sosial, apapun bentuknya diancam dengan pidana penjara minimal 5 tahun maksimal 12 tahun.

#Barang siapa ikut serta mendukung kegiatan permusuhan terhadap Negara,  Aparat Negara dan simbol negara yang bertujuan mengganti ideologi Pancasila baik berupa ucapan,  tulisan, suara,  film dalam bentuk apapun diancam pidana penjara minimal 5 tahun maksimal 10 tahun.

#Barang siapa melakukan penyerangan fisik terhadap PNS,  aparat TNI dan Polri,  bangunan milik negara diancam dengan ancaman minimal penjara 5 tahun dan maksimal 20 tahun.
a.  Jika korban luka parah,  minimal 10 tahun dan maksimal penjara seumur hidup.
b. Jika korban meninggal dunia minimal penjara 20 tahun dan maksimal hukuman mati.
c. Pengrusakan  bangunan milik negara dihukum minimal 5 tahun dan maksimal 20 tahun.
d. Jika pelaku adalah PNS atau anggota TNI/POLRI diancam dengan hukuman penjara minimal penjara 20 tahun dan maksimal hukuman mati.

#Barang siapa terlibat langsung gerakan perlawanan bersenjata,  peperangan dan kekerasan didalam dan luar negeri tanpa izin tertulis dari lembaga resmi pemerintah, menjadi simpatisan organisasi terlarang,  menjadi pasukan paramiliter/militer tanpa izin maka diancam hukuman penjara minimal 15 tahun dan maksimal hukuman mati.

#Barang siapa membuat, memperbanyak, membeli, menjual, menyimpan,  memiliki, membawa dan menyebarkan tulisan langsung maupun elektronik,  pamflet, stiker, buku, selebaran, soft copy dan hard copy termasuk spanduk yg bermuatan tentang organisasi terlarang,  organisasi teroris dan organisasi apapun yg berazas selain pancasila dipidana penjara minimal 5 tahun maksimal 20 tahun.

#Penggunaan pakaian dan identitas organisasi terlarang,  termasuk organisasi terorisme diancam pidana minimal 2 tahun penjara dan maksimal 10 tahun penjara.

-Terima Kasih Presiden RI, P Jokowi, 👍👍🙏🏻

Tags