Latest News

Showing posts with label J Marsello Ginting. Show all posts
Showing posts with label J Marsello Ginting. Show all posts

Tuesday, January 1, 2019

MERAIH SUKSES DALAM WAKTU



MERAIH SUKSES DALAM WAKTU
Oleh: J. Marsello Ginting
"Akan kuhargai setiap detik,menit,dan jam.
Karena tidak sedikit pun dapat ditarik kembali.
Hari ini tidak akan kusia-siakan seperti waktu lalu,yang terbuang
percuma.
Akan kupakai waktuku untuk membuat sesuatu yang kuidamkan terjadi."
Demikian empat kalimat syair yang saya dapatkan di internet beberapa
hari sebelum menulis tulisan ini. Saya telah membaca beberapa buku
yang bercerita tentang penggunaan waktu. Bermacam-macam judul buku.
Ada manajemen waktu, penggunaan waktu, pengendalian waktu, dan lain-
lain banyak lagi. Pada buku mereka, para pakar telah banyak
mengemukakan pendapatnya tentang waktu. Juga, mereka memiliki bermacam-
macam sudut pandang yang berbeda.
Allan Lakein, presiden dari satu-satunya perusahaan di AS yang secara
khusus mencurahkan perhatiannya pada masalah manajemen waktu
mengatakan, "Umumnya orang tidak berpikir dalam kerangka menit-demi-
menit". Lebih lanjut dia mengatakan, "Banyak orang menghabiskan waktu
sisa hidupnya dengan melakukan berbabagi hal yang tidak ada kaitannya
dengan sasarannya".
Sedangkan Declan Treachy mencatat ada 10 pencuri waktu yang paling
umum, yaitu:
1) Tak menemukan apa yang dicari.
2) Pertemuan.
3) Telepon.
4) Interupsi.
5) Penangguhan.
6) Kertas kerja yang kecil-kecil.
7) Kemelut.
8) Urutan pelimpahan yang terbalik.
9) Ingin segalanya sempurna.
10) Gangguan.
Sepintas kelihatannya sepele, namun pencuri ini dapat merenggut waktu
setiap orang. Tanpa disadari menelan milik manusia yang berharga itu.
G.C.Robinson menyebutkan 'mengulur-ngulur waktu dan kesibukan tak
menentu' sebagai pemborosan waktu.
Ternyata waktu sangat erat hubungannya dengan sasaran hidup seseorang.
Masa depan merupakan sasaran setiap orang. Demikian sasaran seseorang
itu ada di masa depan. Dengak kata lain, bila kita membicarakan waktu
tidak terlepas dari sasaran.Kita tidak dapat membuat rencana ke masa
lalu tetapi ke masa depan. Jim Dornan & DR. John C. Maxwell, dalam
bukunya Strategi Menuju Sukses mengatakan, "Jika Anda menghargai waktu
Anda, rencanakanlah lebih dahulu bagaimana Anda akan menghabiskan
waktu Anda."
Lebih lanjut, Allan Lakein menjelaskan bahwa kita sering dengan cara
serampangan menjalani sisa kehidupan ini. Bergerak tetapi tidak sampai
ke tujuan. Hal ini erat sekali dengan apa yang dikatakan Declan Treacy
tentang bagaimana kita menggunakan waktu. Kita harus memeriksa Masdep
(masa depan) itu.Yang dimaksudkan adalah rencana ke depan. Peter
Drucker, Bapak Manajemen Amerika, menegaskan, "Waktu adalah sumber
yang paling langka dan tanpa dikelola dengan benar tidak ada hal apa
pun yang bisa dikelola lagi."
Saat kita sedang tidur, duduk, atau sedang istirahat, bermalas-malas,
waktu tetap berjalan. Waktu tidak pernah beristirahat. Tidak pernah
lelah atau capek. Kehebatan lain dari waktu adalah tidak dapat dibeli
dengan harga seberapa pun. Ketika seorang penemu, Thomas Alfa Edison
ditanya tentang hal yang paling penting di dunia, dia menjawab,"
Waktu."
Kalau benar waktu tidak dapat dibeli, berarti waktu itu mahamahal. Dia
termasuk keluarga maha, Mahakuasa yang selalu hidup dan bergerak ke
depan. Kita mustahil dapat melawan yang memiliki predikat sebagai
Mahakuasa. Kalau kita tidak dapat melawannya, apalagi kalahkan,
sebaiknya kita jalin pertemanan. Kita berdamai dengannya, menjadikan
dia sebagai sekutu untuk rencana masa depan. Kita perlu mengenali dan
mempelajari sekutu kita.
Sebagai teman sekutu, kita harus mengenal sifatnya dengan baik. Kita
tidak dapat mengabaikan waktu dalam gerak pencapaian tujuan. Kalau
kita tidak menjadikan waktu itu sebagai sekutu yang baik, maka kita
menjadikan dia sebagai lawan kita. Dia dapat menjadi lawan yang
menghancurkan rencana masa depan kita. Sebuah penyelidikan para
sarjana, dalam buku Dinamis dan Kreatif karangan Carl G. Goeller Cs,
mengumumkan bahwa seorang anak menggunakan 12.000 jam di sekolah
sepanjang umur hidupnya. Sedangkan, 15.000 jam untuk menonton
televisi.
Wow,luar biasa.Ini suatu penelitian tahun 80-an. Tentu penggunaan
waktu ini lebih gila lagi setelah seperempat abad belakangan ini. Hal
ini sejajar dengan perkembangan media elektronik yang sudah mewabah di
setiap pelosok dunia.
Sekali waktu Benyamin Franklin pernah bertanya kepada seseorang,
"Apakah Anda mencintai kehidupan? Kalau jawabannya, "Ya" maka Anda
jangan membuang-buang waktu. Karena, waktu adalah inti kehidupan.
Kehidupan dalam diri kita adalah citra Allah. Sebagai gambar Allah,
diri kita sudah ada komponen dasar yang tetap dan baku untuk mencapai
kesuksesan. Dalam pemikiran Yunani pribadi atau diri kita, sebagaimana
disebutkan Santo Paul memiliki tiga komponen yang satu padu: tubuh,
jiwa, dan roh. Komponen ini merupakan gambaran, sekaligus sebagai
sumber bahan dasar kesuksesan. Kita dapat mengkopi gambaran
kesusksesan ini menjadi bahan pelajaran kesuksesan bagi diri kita
masing-masing.
Kesuksesan atau kehancuran diri kita sangat tergantung bagaimana kita
mengelola ketiga komponen itu dalam waktu tertentu. Ketiga komponen
ini dapat diibaratkan warna dasar cat seorang pelukis, yaitu merah,
biru, kuning, dan hitam. Pelukis yang pintar dan bodoh diukur dari
waktu dan kemampuan mereka meracik ragam warna dasar pada kanvas.
Kesuksesan dalam memanfaatkan waktu selalu dengan langkah pertama,
langkah kedua, langkah ketiga, dan seterusnya. Seperti urutan langkah,
kesuksesan penggunaan waktu secara keseluruhan merupakan gambaran baku
yang musti dilalui. Seperti Allan Lakein, Declan Treacy, Phil Murray,
dan Santo Paul memiliki gagasan yang hampir sama dalam mencapai
kesuksesan. Menurut mereka, minimal ada tiga unsur penggunaan waktu
yang penting untuk mencapai kesuksesan.
Pertama, menetapkan tujuan. Apakah tujuan hidup Anda? Berdiamlah
sejenak. Pikirkan secara mendalam. Tulis apa pun yang terlintas di
dalam pikiran Anda, fisik, keluarga, sosial, keuangan, dan lain-lain.
Lakein berkata, "Kekuatan yang besar akan timbul bila kita memiliki
tujuan hidup yang jelas." Dalam kehidupan sehari-hari sering sesuatu
hal yang sesunggungnya penting kelihatan biasa saja. "Kelihatannya",
kata Schuller, "Sebagian besar manusia membiarkan hidupnya mengalir
begitu saja. Hanya sedikit saja, sangat sedikit, memutuskan apa yang
akan terjadi di dalam kehidupan mereka." Demikian Robert H.Schuller,
pakar motivasi dan pendiri The Crystal Cathedral, Garden Grove
California itu menambahkan.
Selaku teman sekutu, bersama waktu kita harus bergerak menuju sasaran.
John Galsworty berkata, "Kalau Anda tidak memikirkan masa depan, Anda
tidak akan mempunyai masa depan." Hampir senada dengan pendapat
Galsworty, Hellen Keller, gadis buta yang menjamah dunia dengan dengan
kisahnya, mengilhami ribuan orang. Ketika seseorang bertanya, "Menurut
Anda, apa yang lebih buruk ketimbang menjadi buta? Dia dengan segera
menjawab, "Tidak memiliki visi." Visi adalah sasaran yang jelas
terlihat oleh mata pikiran kita. Nampaknya, Keller memahami benar
betapa pentingnya memiliki suatu penglihatan ke masa depan yaitu
tujuan hidup.
Kedua, memperlengkapi rencana-rencana tindakan atau team work.
Seperti sebuah kesebelasan pemain sepak bola harus memiliki tim yang
solid. Memiliki kerja sama yang bagus, terarah, dan siap pakai.
Membuat penerapan-penerapan gagasan yang mudah untuk mencapainya.
Suatu tim kesebelasan sepak bola harus dapat mengukur jangka waktu
pertandingan. Jangan sampai terjadi pemborosan waktu. Demikian dalam
mencapai sasaran hidup, kita membutuhkan perencanaan waktu.
Susun rencana per hari, per minggu, per bulan dan seterusnya. Tuliskan
janji-janji dan laksanakan dengan setia serta tepat waktu. "Membaca
sebuah buku mengenai kesuksesan," kata Phil Murray, "Adalah selingan
yang membuang-buang waktu bila Anda tidak mempraktikkan secara
bijaksana pengetahuan yang baru saja Anda peroleh." Sangat mengesankan
apa yang dituliskan oleh Nido R. Qubein. Dalam bukunya Langkah Praktis
Menuju Sukses, dia mengatakan, "Rencana-rencana yang dibuat yang
terbaik, rencana yang paling rumit dan teragung dari tujuan, tidak ada
artinya kecuali seseorang membuatnya jadi kenyataan." Benar apa yang
dia utarakan. Kita dapat membaca buku motivasi dan mendengarkan pidato-
pidato yang memberi motivasi, dan mendengarkan kaset-kaset hingga
ungkapan dengan nada tinggi keluar dari mulut kita seperti air terjun
Siguragura. Tetapi tak ada yang berarti akan terjadi, sampai kita
berbuat sesuatu tentang apa yang telah kita baca dan dengar itu.
Kebutuhan yang mendesak saat ini, menurut Qubein, bukanlah pengetahuan
yang lebih banyak yang disebut "ledakan pengetahuan" yang telah
menjamur begitu pesat. Apa yang dibutuhkan dunia adalah tindakan-
tindakan yang membangun dengan orang-orang yang pandai dan kemauan
baik. Menarik sekali apa yang dituliskan Johanes Lim, dalam bukunya No
Pain No Gain bahwa "Ttidak banyak orang yang berjuang keras untuk
merealisasikan tujuan hidupnya selangkah demi selangkah secara sadar.
Sayang sekali, karena sedikit sekali." Demikian keluhannya. Dan itulah
menurut dia salah satu penyebab mengapa orang sukses begitu sedikit
sekali. Sedangkan orang marginal alias pinggirian begitu banyak.
Ketiga, kepemimpinan atau leadership. Gambaran, blue print
kepemimpinan sebenarnya sudah tercipta dalam diri kita masing-masing
atau kelompok saat bergerak menuju kesuksesan.
Diri kita masing-masing merupakan bagian terkecil dari kelompok.
Bercermin dari susunan diri kita, yaitu tubuh, jiwa, dan roh tadi,
maka terlihat bahwa posisi jiwa terdapat antara tubuh dan roh.
Gambaran ini merupakan gambaranan kesuksesan penggunaan waktu. Roh
keberhasilan merupakan tujuan. Dia merupakan cita-cita atau tujuan
hidup dengan bermacam-macam bentuk dan ungkapan. Sebelum kita
melangkah kepada tujuan, kita membutuhkan pemimpin tangguh. Pemimpin
tangguh dalam diri kita adalah jiwa. Posisi dan tugas pemimpin dalam
diri kita amat sangat menentukan tercapainya suatu tujuan. "Segala
sesuatu berawal dan berakhir pada kepemimpinan," kata Jim Dornan &
John C. Maxwell.
Sering kali kita terbalik menapaki waktu kesuksesan. Bertindak,
kemudian berpikir. Bukan berpikir selanjutnya bertindak. Dua ribu
tahun yang lalu Santo Paul sudah mengajarkan urutan sukses penggunaan
waktu, yaitu: percaya dibarengi dengan perbuatan. Thomas sebagai
duplikat manusia masa kini yang cenderung melihat dulu baru percaya
Nabi Isa (Yesus) menegur Thomas agar berbalik dari kekeliruannya. Dia
menghimbau agar kita mengubah cara kita menggunakan waktu menjadi
percaya dulu baru melihat alias berpikir sebelum bertindak!
William James, Bapak Psikologi Amerika awal abad 20 mengatakan bahwa
penemuan terbesar dunia saat itu bukanlah ilmu fisika, tetapi daya
kekuatan pikiran (dalam jiwa). Seseorang dapat mengubah hidupnya
dengan mengubah cara berpikirnya.Dalam diri kita,jiwa merupakan
pemimpin utama.Jiwa yang memuat di dalamnya rumpun
pikiran,kehendak,dan emosi menjadi bahan diskusi yang menarik sekali
di abad modern ini juga perlu kita pelajari !
Mengapa kata 'jiwa' ditempatkan di tengah antara kata 'tubuh' dan
'roh'? Itu bukan suatu kebetulan, melainkan mempunyai makna tertentu.
Itu suatu gambaran untuk dijadikan sebagai contoh bagi siapa saja
berniat dan belajar jadi pemimpin. Pemimpin sukses selalu berada di
tengah anggota. Dengan demikian dia mudah berhubungan ke atas dan ke
bawah. Antara kepentingan tujuan dan bawahan. Jadi tidak melulu
berorientasi ke tujuan, tetapi juga melihat kepentingan bawahan. Ini
berlaku bagi pemimpin segala bentuk organisasi, perusahaan, dan negara
sekalipun. Sebagai pemimpin yang ditengah dia bertanggungjawab
membentuk mindset dan goal setting dalam pencapaian waktu kesuksesan.
Dia harus mampu memberi semangat kepada bawahan agar jangan loyo
sebelum mencapai cita-cita.
Dalam perjalanan pencapaian tujuan, kita sering cenderung mengabaikan
jiwa. Kita mengedepankan kehendak tubuh. Misalnya, kalau melihat
makanan yang dikemas dengan bagus dan indah, kita sering langsung mau
mencoba menikmatinya. Kita lupa bertanya dalam hati kita, apakah itu
berguna untuk kesehatan kita sendiri? Atau, ada apa di balik keindahan
itu? Kita cenderung lupa meminta nasihat jiwa sebagai pemimpin.
Sembilan puluh persen perkelahian dapat dihindarkan seandainya kita
dapat berpikir sebelum berkelahi.
Dari uraian di atas kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa
pengendalian waktu dan mengenal unsur penggunaan waktu sangat penting.
Tahapan ini sangat penting bagi kita ketika kita membentuk team work
dan mengambil tindakan guna mencapai tujuan. Unsur-unsur pencapaian
sukses dalam diri kita atau kelompok memiliki suatu tahapan baku. Jiwa
sebagai unsur ketiga menduduki tempat sentral, menempati posisi sangat
strategis dan penting. Jiwa, sebagai pemimpin dapat mengarahkan kita
terus-menerus secara terfokus kepada tujuan, yaitu kesuksesan.
Kegiatan ini bergerak dalam waktu. Gambaran ini sederhana dan mudah
dimengerti melalui susunan diri kita, sebagai citra Allah. Sudahkah
kita menyadarinya dan menerapkannya?[jmg]
* J. Marsello Ginting

Tags