Latest News

Showing posts with label Toleransi Agama. Show all posts
Showing posts with label Toleransi Agama. Show all posts

Saturday, January 5, 2019

Atheis dimusuhi karena tidak bertuhan



(KH. MUSTOFA BISRI - GUS MUS)   .       

Saya kadang merasa aneh melihat saudara saya umat Islam yang memiliki sifat seperti anak-anak, ingin menang sendiri, mudah marah dan memaksakan kehendaknya agar orang lain sama dengan dirinya...

 Padahal Alquran sudah mengatakan untuk Berbuat Adil karena itu bisa mendekatkan kepada ketaqwaan....

 Tapi begitulah sifat anak2 kadang tidak bisa menerima nasehat yang baik sekalipun untuk dirinya sendiri

Atheis dimusuhi karena tidak bertuhan.
Bertuhan dimusuhi karena tuhannya beda
Tuhannya sama dimusuhi karena nabinya beda

Nabinya sama dimusuhi karena alirannya beda.
Alirannya sama dimusuhi karena pendapatnya beda.

Pendapatnya sama dimusuhi karena partainya beda.

 Partainya sama dimusuhi karena pendapatannya beda.

Apa kamu mau hidup sendirian di muka bumi untuk memuaskan nafsu keserakahan?.

Kau tahu apa yang dilakukan Sayyidul Wujud Muhammad SAW pada seorang yahudi tua yang tiap hari meludahi & melempari kotoran padanya? Ia jenguk dan doakan sang yahudi ketika yahudi itu sakit.

Kau tahu apa yang dilakukan Muhammad SAW pada seorang yahudi buta yang tiada hari tanpa mencacinya? Ia suapi setiap hari dengan tangannya sendiri yang mulia tanpa sang yahudi tahu bahwa yang menyuapinya adalah Muhammad SAW yang selalu ia caci.

Itulah Islam. Ber-Islamlah seperti Islam-nya Muhammad SAW, bukan Islam ala egomu.

Jangan sampai kau hanya ber-Islam, tapi kau kehilangan Muhammad SAW
Jangan lemahkan Islam yang kuat dengan tindakan kerdilmu.
 Jangan hinakan Islam yang suci dengan perbuatan nista

 Monggo dishare Agar Indonesia lebih adem dan dijauhkan dr perpecahan

Thursday, January 3, 2019

JANGAN ULAMAKAN PARA KRIMINAL


Tampaknya orang yang menyebut dirinya ulama di negeri ini boleh berbuat apa saja.

Rizieq di mimbar agama melecehkan Pancasila. Kadang melecehkan keyakinan agama lain. Lantas yang tersinggung dengan ulah itu mengadukannya ke polisi. Polisi memproses kasusnya.

Dia juga disangkakan melakukan chat mesum
Hasil chatnya tersebar ke seantero jagad. Bahkan dengan foto perempuan bugil segala. Polisi mau memeriksa kebenarannya karena itu melanggar UU ITE. Tapi orangnya kabur ke luar negeri.

Di Indonesia pembelanya berteriak, jangan kriminalisasi ulama!

Ada lagi Alfian Tanjung. Dia juga sering tampil di mimbar agama. Dalam pembicaraannya di depan publik dia menuduh istana disusupi PKI. Menuding seorang pejabat sebagai antek PKI. Pejabat itu marah. Lalu mengadukannya ke polisi. Wajar.

Penceramah itu dimintakan pertangungjawabannya. Karena menghina orang, bahkan cenderung memfitnah, dia dijadikan tersangka.

Lalu pembelanya berteriak, jangan kriminalisasi ulama!

Ada lagi Zulfikar Muhamad Ali. Ceramahnya penuh provokasi. Dia bilang Indonesia bakal kedatangan 200 juta warga China. Tujuannya menyembelih orang Indonesia. Gila, orang itu dengan gampang ngomong, 200 juta orang dari RRC masuk ke Indonesia buat membantai rakyat kita.

Ini benar-benar luar biasa bohong.

Jika sebuah pesawat bisa mengangkut 500 orang, maka dibutuhkan sekitar 400.000 pesawat untuk mengangkut 200 juta orang warga RRC itu. Asumsikan perjalanan China-Indonesia rata-rata 5 jam, maka dibutuhkan 2 juta jam  atau 83 Rabu hari. Atau sama dengan 280 tahun!

Ini jika yang mendengar mau berfikir sedikt saja sudah gampang dilacak betapa kebohongan disemburkan oleh orang berjenggot itu, atas nama ceramah agama.

Provokasi yang jauh dari akal sehat ini disebarkan dengan bungkusan agama. Akibat omongannya yang menghasut Zulfikar ditetapkan tersangka oleh polisi.

Lalu ada orang yang berteriak, jangan kriminalisasi ulama.

Betapa begahnya otak kita mendengar itu semua. Padahal chat mesum, fitnah, menghasut adalah termasuk perbuatan kriminal. Itu melanggar KUHP.

Apakah seseorang ketika mengklaim dirinya ulama lalu bisa berbuat semaunya tanpa harus ada konsekuensi hukum?
• Ulama boleh mesum secara brutal.
• Ulama boleh memfitnah orang lain.
• Ulama boleh menghasut rakyat dengan kebohongan.
• Ulama boleh memaki-maki siapa saja dari atas mimbar agama.

Jika dia melanggar hukum, maka ada kelompok orang yang membelanya dengan slogan : jangan kriminalisasi ulama!

"Mereka mikirnya terbalik ya, mas?," ujar Bambang Kusnadi.

"Terbalik gimana Mbang?"

"Harusnya mereka berteriak : jangan mengulamakan para kriminal...."

Bakul bubur ini pinter juga, bathinku.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10215385227207365&id=1337245036

Sunday, December 30, 2018

PRESIDEN JOKOWI MINTA SEMUA PIHAK PISAHKAN SOAL POLITIK DAN AGAMA


Presiden Jokowi Minta Semua Pihak Pisahkan Soal Politik dan Agama
Presiden Joko Widodo meminta semua pihak agar memisahkan persoalan politik dan agama. Menurut Presiden, pemisahan tersebut untuk menghindari gesekan antarumat.
“Memang gesekan kecil-kecil kita ini karena pilkada, karena pilgub, pilihan bupati, pilihan wali kota, inilah yang harus kita hindarkan,” kata Presiden saat meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Jumat (24/3/2017), seperti dikutip Antara.
Karena rentan gesekan itulah, Presiden meminta tidak ada pihak yang mencampuradukkan politik dan agama.
“Dipisah betul, sehingga rakyat tahu mana yang agama, mana yang politik,” kata Jokowi.
Jokowi berpesan kepada masyarakat untuk menghindari konflik horizontal, seperti antarsuku atau antaragama. Keberagaman suku, agama, dan bahasa, kata Kepala Negara, justru harus jadi kekuatan NKRI.
“Saya hanya ingin titip ini mumpung pas di Sumatera Utara, ingin mengingatkan semuanya bahwa bangsa kita terdiri dari macam-macam suku dan agama, bermacam-macam ras,” ungkapnya.
Presiden menyebutkan bahwa Indonesia terdiri atas 714 suku dan 1.100 bahasa daerah. Itu menjadi keanekaragaman bangsa yang harus terus ditanamkan kepada masyarakat.
“Suku yang saya ingat, Suku Gayo, Suku Batak, Suku Sasak, Suku Minang, Suku Dayak, Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Betawi, yang paling ujung timur Suku Asmat, Suku Bugis, dan yang lain-lainnya,” sebut Jokowi.
Presiden meminta para pemuka agama untuk mengingatkan para umatnya tentang keragaman yang harus dirawat agar tidak menimbulkan perpecahan.
“Para ulama agar disebarkan, diingatkan, dipahamkan pada kita semua, bahwa kita ini memang beragam, anugerah yang diberikan Allah bahwa kita beragam,” katanya.
Presiden mengatakan, jika perbedaan bisa dirawat dan dipersatukan akan menjadi kekuatan besar.
“Ini ada sebuah kekuatan besar, sebuah potensi besar, tetapi kalau kita tidak bisa menjaga dan merawat, ada gesekan, ada pertikaian, itulah yang harusnya yang awal-awalnya kita ingatkan,” ujar Jokowi.
Jangan mencampurkan persoalan agama dan politik, Jika dua hal itu bercampur, potensi untuk menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat sangat tinggi.


Sumber berita Presiden Jokowi Minta Semua Pihak Pisahkan Soal Politik dan Agama : kompas.com

Wednesday, December 5, 2018

Apakah Presiden Kita Kafir, Ust Riyadh Jangan tanya disini, Gelii




Wednesday, September 5, 2018

Bahaya Politisasi Agama

Bagaimana hubungan agama dan politik adalah perdebatan klasik yang tak kunjung usai, entah sampai kapan. Ada yang mengatakan perdebatan ini akan berhenti dengan sendirinya manakala masyarakat sudah beranjak dewasa dan bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ternyata, di negara-negara maju sekalipun, kerumitan hubungan antara agama dan politik tetap terjadi.
Di Indonesia, kita menemukan banyak fakta bahwa dosis agama akan menguat pada setiap saat menghadapi kontestasi untuk merebut jabatan-jabatan politik. Penggunaan dosis agama dalam berpolitik inilah yang sering kita sebut dengan poilitisasi agama, yakni agama dijadikan sebagai alat untuk meraih kekuasaan politik.
Mengapa agama sangat mudah dijadikan alat politik, karena semangat emosional merupakan unsur terkuat dalam memperkokoh dukungan. Salah satu unsur terpenting dalam agama adalah keimanan yang dalam bahasa teknisnya merupakan keterlibatan emosi dalam membangun keyakinan pada sesuatu yang gaib dan yang maha kuasa. Jika unsur emosi ini disentuh, kemungkinan besar akan terbawa dalam satu arus (emosi) yang sama. Maka, politisasi agama menjadi gerakan politik yang sangat efektif.
Dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tahap ketiga yang berlangsung 27 Juni 2018 di 171 (17 provinsi, 115 kabupaten, dan 39 kota) membuktikan dengan sangat nyata efektifnya gerakan politisasi agama, terutama di daerah-daerah yang terdapat pemisahan yang relatif jelas antara partai yang selama ini mengusung semangat “agama” dengan yang “nasionalis”.
Di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara bisa menjadi contoh. Pasangan Sudrajat-Syaikhu di Jawa Barat, meskipun belum berhasil menjadi pemenang, karena menggunakan isu agama pada saat kampanye, berhasil meraih suara yang signifikan, meningkat drastis dari perkiraan lembaga-lembaga suvei. Demikian juga pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah di Jawa Tengah. Adapun pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah di Sumatera Utara berhasil memenangkan kontestasi, selain dengan menggunakan isu agama juga isu etnis.
Memang banyak tokoh agama yang membantah, atau lebih tepatnya mengelak adanya politisasi agama, tapi fakta-fakta di lapangan jelas menunjukkan adanya gerakan ini. Tampaknya, dalam melihat isu ini, tergantung pada bagaimana kita menginterpretasikan fakta-fakta di lapangan. Bagi yang menolak atau mengelak politisasi agama berpandangan bahwa penggunaan isu agama merupakan bagian dari ekspresi politik warga negara yang dibenarkan dalam perspektif demokrasi.
Yang menjadi masalah sebenarnya bukan pada aspek penyaluran aspirasi politiknya, tapi pada saat agama digunakan sebagai sarana kampanye untuk meraih kekuasaan, akan sangat potensial menjadi alat pemecah belah umat yang secara faktual tidak terkonsentrasi pada pasangan calon tertentu. Semua pasangan calon memiliki pendukung dari kalangan umat. Klaim salah satu pasangan calon selain mengandung unsur kebohongan, juga akan menimbulkan ketidakpercayaan publik pada agama sebagai alat pemersatu. Menurut saya, inilah salah satu bahaya dari politisasi agama.
Bahaya lain yang tidak bisa dianggap enteng adalah kemungkinan terkoyaknya keutuhan republik. Benar bahwa republik ini lahir dengan dilandasi semangat keagamaan yang kuat. Tapi, yang harus disadari, republik ini juga lahir karena kuatnya semangat kebersamaan dari berbagai unsur yang ada di nusantara, yakni unsur agama, suku, ras, dan ragam budaya. Penonjolan salah satu aspek saja dari beragam unsur ini akan menumbuhkan kecemburuan dan sentimen yang negatif. Jika sentiment negative ini terus dibiarkan bisa mengarah pada perpecahan.
Banyak kalangan menduga bahwa siapa pun yang menolak politisasi agama sebagai manifestasi dari Islamofobia, atau sebagai ekspresi dari ketidaksukaan pada Islam. Dugaan ini salah besar. Menolak politisasi agama justru sebagai bentuk pemuliaan terhadap nilai-nilai agama. Agama harus kita jadikan pedoman dalam merajut kebersamaan, bukan sebaliknya. Agama harus menjadi dasar sikap semua pejabat negara, bukan hanya dijadikan alat meraih suara kemudian dicampakkannya.
Pada saat agama semata-mata dijadikan alat politik, maka yang terjadi adalah pengabaian pada nilai-nilai luhurnya. Sebagai contoh, agama melarang dengan tegas transaksi suap menyuap, korupsi, dan perbuatan-perbuatan lain yang merugikan rakyat. Tapi karena agama hanya dijadikan alat politik, tindakan-tindakan buruk ini pun tidak sedikit yang melakukannya. Agama hanya sebatas lips service, hanya sebatas jargon politik yang tidak mewujud dalam tingkah laku politik sehari-hari.
Kita pernah mendengar adanya fakta-fakta yang terpapar di persidangan tindak pidana korupsi (tipikor), ada oknum-oknum koruptor yang dalam menjalankan aksinya menggunakan istilah-istilah kitab suci sebagai kode-kode rahasia untuk mengelabuhi orang lain. Dengan menggunakan istilah-istilah kitab suci, disadari atau tidak, yang bersangkutan telah melumuri agama dengan kotoran.
Maka, sekali lagi, menolak politisasi agama adalah wujud dari upaya memuliakan agama. Kita mencegah kemungkinan publik tidak percaya lagi pada agama lantaran terlampau sering menjadi penghias bibir para koruptor. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada oknum-oknum koruptor yang melegitimasi tindakannya dengan dalil-dalil agama.
Kita tidak menolak agama dalam berpolitik. Yang kita tolak adalah setiap upaya politisasi (mengotori) kesucian agama yang akan membahayakan bagi keberagaman dan keutuhan kebangsaan kita.
Jeffrie Geovanie
http://jeffriegeovanie.com
Anggota MPR RI 2014-2019
https://psi.id/berita/2018/08/17/bahaya-politisasi-agama/

Friday, July 6, 2018

NU DAN MUHAMMADIYAH MULAI TERSINGKIR OLEH ISLAM TRANS-NASIONAL



Analisa Rasional

NU DAN MUHAMMADIYAH MULAI TERSINGKIR OLEH ISLAM TRANS-NASIONAL

Upaya terselubung Islam Anyaran untuk mendirikan Khilafah Daulah Islamiyah :

1. Siapa di Indonesia yang tak kenal Nahdlatul Oelama dan Muhammadiyah ? Di atas kertas, merekalah dua Organisasi Islam terbesar di RI.

2. Sekitar 85 juta umat Islam di Indonesia adalah NU, dan 50 juta  Muhammadiyah. Artinya, sekitar 65 % seluruh penduduk muslim Indonesia.

3. Ini jumlah yg besar,  tapi dalam  kenyataannya, tampaknya 135 juta anggota NU dan Muhammadiyah hanya  sebatas besar di angka statistik semata.

4. Buktinya ? Lihat bagaimana NU dan Muhammadiyah tidak bisa lagi memegang Kepemimpinan Ummat.

5. Ummat justru dikendalikan oleh pergerakan Islam Trans-Nasional yang di Indonesia telah menjelma dalam wujud Islam ”anyaran/baru”.

6. Mereka adalah penerus gagasan Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tharir yang ingin mendirikan Khalifah Daulah Islamiyah.

7. Pelan2, mereka terus menggerus Kepemimpinan NU dan Muhammadiyah yang masih setia dengan Pancasila dan NKRI.

8. Kenapa itu bisa terjadi ? Karena kelompok Islam "anyaran" itu justru dibiarkan tumbuh subur di era SBY (2004-2014).

9. Dlm 10 th itu, kelompok Islam Trans-Nasional banyak mendapatkan ruang hidup, memperoleh subsidi dan juga difasilitasi untuk tumbuh.

10.Dengan cara itu, kelompok Islam Trans-Nasional makin besar. Mereka mulai memotong kaki NU dan Muhammadiyah di Mesjid, Pengajian, dan Sekolah.

11. Awalnya Islam Trans-Nasional hanyalah kelompok kecil yang mulai hadir pada era tahun 1970-an.

12. Di era Orde Baru mereka masih tiarap, tapi setelah reformasi mereka mulai unjuk gigi.

13. Melihat tren ini, SBY justru membiarkan kelompok ini untuk bergerak dan mengakomodassi mereka utk memperkuat kekuasaannya.

14.Akhirnya, kelompok Trans Nasional tumbuh, bantuan asing dari Timur Tengah, Dana Wahabi mengalir deras bersamaan dengan fasilitasi dari SBY.

15. Selama 10 tahun cukup untuk mereka membesar dengan Dana Asing yang tidak ber-seri (sangat banyak)

16. Mari lihat satu-persatu para Islam Trans-Nasional yang mulai membuat NU dan Muhammadiyah gigit jari.

17. Pertama, Ikhwanul Muslimin atau yang sering dikenal dengan nama Moslem Brotherhood kalau di luar negeri.

18. Didirikan di Mesir pada Maret 1928, saat ini mereka menyebar di 70 negara dengan menggunakan metode Halaqah.

19. Gerakan Ikwan terbelah menjadi 2 arus utama: Ikhwan Tarbiyah yg menjadi cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera.

20. Serta Ikhwan Jihad yg gunakan kekerasan yg jadi embrio Jamiatul Muslimin, Jama’ah Islamiyah dan Jamaah Jihad yang berujung pd Al Qaeda.

21. Di Indonesia, Ikhwanul Muslimin dideklarasikan tahun 1994, lebih banyak gerak di kelompok Tarbiyah SMA dan Perguruan Tinggi (LMD/ LDK).

22. Setelah reformasi, mereka berubah bentuk jadi Komite Aksi Muslim Indonesia, lalu berubah jadi Partai keadilan dan selanjutnya jadi PKS.

23. Tujuan utama Ikhwan Tarbiyah yaitu membentuk Daulah Islamiyah dgn cara non kekerasan.

24. Mereka manfaatkan instrumen demokrasi dgn mendirikan partai dan merebut kursi di Parlemen utk mewujudkan cita2 Daulah Islamiyah.

25. Mereka turut bentuk jaringan Ikhwan Tarbiyah diseluruh dunia, yaitu The International Forum for Islamic Parliaments (IFIP).

26. IFIP pernah adakan pertemuan di Indonesia tahun 2007 di Jakarta, bahkan Jakarta ditetapkan sbg Sekretariat IFIP.

27. Waktu itu SBY dengan bangga membuka acara IFIP di Jakarta  m.tempo.co/read/news/2007…      

28. Sedangkan Ikhwan Jihadi atau Ikhwan sayap radikal muncul di Indonesia setelah dipicu oleh perang Afghanistan.

29. Dan gerakan ini menemukan bahan baku pada aktivis Darul Islam Indonesia (DII). Kelompok ini jg dirikan *Jammaah islamiyah (JI) pada th 1991.

30. Tujuan utamanya: Mendirikan Khilafah Islamiyah dengan menggunakan metode kekerasan.      allaboutwahhabi.blogspot.co.id/2011/09/

31. Kedua, adalah Hizbut Tahrir yg menolak konsep demokrasi dan menekankan tentang paham kekhalifahan.

32. HTI jelas tidak menerima NKRI dan Pancasila. HTI jg tidak mau hormat kpd bendera merah Putih.      muslimedianews.com/2014/08/ustadz…

33. Metode perjuangan HTI adalah kaderisasi, sosialisasi dan merebut kekuasaan.

34. Gerakan HT di Indonesia berawal dari aktivis masjid kampus Mesjid Al-Ghifari, IPB Bogor yg disebarkan melalui halaqah2.

35.  Kader-kadernya HTI aktif melakukan sosialisasi dan kaderisasi dgn memanfaatkan Masjid2.

36. Sejalan dgn gerakan Tarbiyah, mereka juga lakukan kaderisasi ke sekolah dan kampus-kampus, selain mengajak ke pengajian HT Indonesia.

37. Karakter dari HTI : angkat isu struktural dan global, bahaya kapitalisme, dominasi USA serta sistem ekonomi dan politik alternatif.

38. Jawaban mereka (HTI) hanya satu: ganti NKRI dgn sistem Khalifah. Bagi mereka Khalifah adalah harga mati!!!

39. Ketiga adalah gerakan Salafi Dakwah dan Salafi Sururi yg berkembang dgn bantuan dana pemerintah Arab Saudi.

40. Awalnya mereka adalah alumni Lembaga Ilmu pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA). Perkembangan mereka berbasis pesantren.

41. Keempat adalah Syiah yg berkembang setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979 dan menyebarnyanya alumnus Qum.

42. Di Indonesia muncul dua organsiasi Syiah ; pertama, Lembaga Komunikasi Ahlul Bait yg merupakan wadah alumni Al Qum.

43. Organisasi kedua tergabung dalam IJABI yg lebih berkiblat ke Ayatollah Sayyed Mohammad Hussein Fadlallah.

44. Pengikut Syiah keturunan Arab lakukan bertaqiyah (sikap menyembunyikan diri). Jaringan Syiah yg kuat ditemukan di Jatim dan Pekalongan.

45. Di era SBY, perkembangan Syiah dianggap ancaman oleh kelompok Sunni termasuk Tarbiyah dan HTI krn Iran sangat mengganggu kepentingan Arab Saudi.

46. Inilah yg membuat kelompok Wahabi justru menyerang kelompok Syiah dan Ahmaddiyah.

47. Sekali lg demi dukungan, menyingkirkan NU dan Muhammadiyah, maka jaringan SBY fasilitasi konflik Sunni-Syiah ini.

48. Kelima adalah Jamaah Tablig juga masuk kategori gerakan trans-nasional.

49. Jamaah Tablig ini berpusat di perkotaan dan bersifat non-politis.  Anggotanya kurang lebih 20.000 orang.

50. Dlm 10 tahun di era SBY, gerakan Islam Trans-Nasional banyak menggerogoti basis2 organisasi massa.

51. Masjid2 NU dan Muhammadiyah mulai dikuasai oleh Ikhwan dan HTI.  Jemaah Tabliq menggerogoti beberapa basis penting NU di perkotaan.

52. Sedangkan gerakan Salafi mengambil jemaah @Nahdlatul Oelama purin dg pendekatan pesantren.

53.jadi strategi kuasai Mesjid dr kelompok Trans-Nasional relatif berhasil, dgn cara itu mereka menguasai Marbot, takmir sampai pendakwah.

54. Aktivitas mesjid digunakan untuk halaqah para Ikhwan dan HTI.

55. Selain itu para Ikhwan Tarbiyah (PKS) dan HTI aktif juga bergerak di sekolah dan perguruan tinggi.

56. Mereka masuk melalui dua cara: pertama, melakukan kaderisasi yg sangat agresif di forum Kerohanian Islam (Rohis).

57. Kader2 mereka aktif mendekati pelajar dan mahasiswa dgn pendekatan emosional, empati dalam Liqo.

58. Dan selanjutnya mengajak bergabung dlm Halaqah Jaringan kaderisasi seperti bergerak berjenjang dalam model sel-sel kecil.

59. Tentu ini mengherankan karena model kerja sel kecil ini awal muasalnya diciptakan oleh komunis internasional.

60.padahal kita tahu, kelompok Islam Trans-Nasional gaungkan anti-komunis, tapi cara penguatan jaringan ala komunis ternyata mereka pakai juga.

61. Dg kaderisasi di perguruan tinggi, gerakan Tarbiyah pelan2 masuk ke  sektor negara jadi PNS, anggota TNI, Polri dan profesional.

62. Di era SBY mereka juga menikmati fasilitasi  beasiswa dan  tugas belajar ke luar negeri.

63. Di luar negeri mereka aktif membangun jaringan dan semakin terbentuk setelah kembali ke tanah air Joxzin Jogja.

64. Mereka kemudian mulai menguasai Mesjid kementerian/BUMN dengan pendakwah dari kader Tarbiyah dan HTI.

65. Dakwah lain yg dikembangkan adlh melalui media dan medsos Kelompok ini aktif mengisi acara dakwah di TV maupun radio @RRI TVRI Nasional.

66. Di era SBY mereka diberi ruang gerak karena SBY mengangkat Menteri Kominfo yg kader PKS @tifsembiring.!!!

67. Dengan penguasaan kementerian Kominfo oleh Tarbiyah, mereka mengendalikan media resmi seperti TVRI, RRI dan Antara.

68. Dan menempatkan kader mereka di posisi eselon 1 sampai 3 untuk jaga kontrol internet dan medsos.

69. Mereka juga agresif menyediakan jasa Ustad2 utk mengisi pengajian-pengajian komunitas Islam.

70. TV yg memerlukan penceramah agama juga disediakan oleh mereka secara gratis dan juga melakukan dakwah melalui pengajian di radio2.

71. Di media sosial mereka juga berjaya  Pendekatan pada generasi muda dilakukan melalui media sosial baik WA Groups, BBM maupun SMS.

72. Hal ini membuat metode dakwah dari NahdlatulOelama dan Muhammadiyah menjadi ketinggalan kereta.

73. Bahkan para Islam Trans-Nasional sudah membentuk pasukan dunia maya (cyber army) di medsos.

74. yg bukan hanya sebarkan dakwah ala Tarbiyah dan HTI tapi jg sebarkan fitnah dg bungkus dalih agama untuk mulai serang kelompok lawan mereka.

75. Kelompok Trans nasional terutama Ikhwan dan HTI mulai ubah strategi dg membuat aliansi strategis antar kelompok Islam dg berbagai nama.

76. Bisa menggunakan Forum Umat Islam (FUI) ataupun Front-front Aksi yg bersifat taktis seperti GNPF-MUI.

77. Dengan cara itu, mereka tidak terkungkung oleh dominasi kepemimpinan @NahdlatulOelama dan @muhammadiyah.

78. Upaya menggerogoti kepemimpinan NU dan Muhammadiyah juga dilakukan SBY dgn membentuk Majelis Dzikir Nurussalam.

79. Dg bentuk kelompok ini, SBY ingin punya kendali langsung atas massa Islam tanpa harus bernegoisasi dg NU dan Muhammadiyah.

80. Cara ini jg berkembang sejalan dgn trend maraknya para Habib dirikan kelompok Dzikir yg pengikutnya ribuan.

81. Kegiatannya sekilas hanya berdizikir, namun dgn acara itu, bisa jadi ajang baru utk melakukan konsolidasi massa terutama anak2 muda.

82. Alasan itu yg melatar belakangi SBY memobilisasi Majelis Dzikir Nurussalam yg dipimpin oleh Utun Tarunadjaja pada thn 2000.

83. Yayasan Majelis Dzikir Nurussalam disebut sebagai mesin politik dan mesin uang tim sukses SBY. nasional.inilah.com/read/detail/25.

84. Kelompok Trans-Nasional melanjutkan aksinya menggerogoti kepemimpinan NU dan Muhammadiyah.

85.Dengan cara merebut kepengurusan organisasi fatwa seperti Majelis Ulama Indonesia.

86. Dengan menancapkan pengaruh di MUI maka mereka bisa memberikan legitimasi pada aksi yg dipakai dgn bekal fatwa MUI.

87.Mereka memanfaatkan kelengahan NU dan Muhammadiyah pasca berpulangnya KH Sahal Mahfud.

88.Dien Syamsudin dan KH Mahruf Amin yg menggantikan Sahal Mahfud justru lebih bersikap oportunis pada kelompok Trans-Nasional.

89.Dua orang pengganti Sahal ini dikenal punya nafsu politik yg tinggi dan sptnya rela meninggalkan Muhammadiyah dan NU demi posisi politik.

90.Dengan penguasaan MUI ditambah dgn terbentuknya Front aksi, maka kelompok Trans-Nasional berhasil merebut kepemimpinan umat Islam.

91.kelompok Trans-Nasional berhasil merebut kepemimpinan umat Islam dari NU dan Muhammadiyah, serta bisa kendalikan agenda politik keumatan.

92.Ini yg jelaskan knapa kelompok Trans-Nasional setir ummat utk kepentingan politik ideologi, yakni terwujudnya Daulah Islamiyah dan Kekhalifahan.

93. Berbagai cara mereka gunakan untuk menguji kepemimpian mereka (kelompok islam trans-nasional).

94.Mulai safari Maulid Nabi ke berbagai daerah, salat subuh berjamaah sampai dgn pengumpulan dana untuk bergerak.

95.Terakhir ada upaya untuk kumpulkan dana untuk mendanai kelompok teroris di Suriah.  cnnindonesia.com/nasional/2016.

96.Demi persatuan aksi Daulah Islamiyah dan Kekhalifahan, para Islam Trans-Nasional terpaksa mau terima Rizieq sebagai pemimpin gerakan.

97.Walaupun kelompok islam trans-nasional ini tahu, bahwa Rizieq FPI dulu dibesarkan oleh elit tentara.

98.Tapi mereka  jg tahu kelemahan Rizieq yg mudah dibeli oleh elit politik dan punya sejumlah “cacat” yg bisa setiap saat utk disingkirkan.

99.@syihabrizieq didorong-dorong masuk perangkap makar. Setelah itu gantian kelompok Ikhwan dan HTI yg akan memimpin.

100.Kelompok islam trans-nasional sudah siap mengganti Pancasila dan NKRI dengan Negara Khalifah Daulah Islamiyah.

101.Sekali lagi, kepemimpinan NU dan @muhammadiyah semakin jauh disisihkan secara sistematis.

102.Entah apakah NU dan Muhammadiyah merasa ”tertampar” dgn berbagai aksi Islam Trans-Nasional belakangan ini.

103.Atau mungkin NU dan Muhammadiyah masih belum sadari ini ? Mereka masih merasa posisinya *aman walau nyatanya sudah berdiri di atas batang lidi ?

104. Ketika kepemimpinan NU dan Muhammadiyah jatuh, maka jatuh pula NKRI dan sangat mudah  digantikan dengan Negara Khilafah Daulah Islamiyah.

105. Semoga kita Indonesia masih bisa berharap munculnya kembali kepemimpinan ummat Islam di tangan NU dan Muhammadiyah demi tegaknya NKRI.

Matur nuwun sederek sedoyo masyarakat twitterland
Jangan pernah lelah mencintai keragaman Indonesia dalam balutan NKRI 
Gutbai cuk!!
  
https://chirpstory.com/li/341836


_*Renungkanlah logikanyaa..

Tags