Latest News

Thursday, December 20, 2018

ANAK IDEOLOGIS ITU JAUH LEBIH BAIK DARI ANAK BIOLOGIS !


Ir.  KPH.  Bagas Pujilaksono WIDYAKANIGARA,  M. Sc.,  Lic. Eng.,  Ph. D.
UNIVERSITAS GADJAH. MADA, Yogyakarta


Kepada Yth,
Rakyat Indonesia
Di Nusantara

Hal: Playing the Victim

Dengan hormat,
Sebagai akademisi UGM,  saya sangat perihatin melihat totonan di panggung politik di tanah air jelang Pilpres dan Pileg 2019 yang kebanyakan tidak berkualitas dan tidak mendidik sama sekali.  Saya berani berspekulasi,  bahwa cara-cara seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang moral dan etikanya pincang yang semata hidupnya hanya untuk memburu kekuasaan.

Pelanggaran UU Pemilu adalah perbuatan kriminal.  Mustinya,  siapa saja yang terlibat atau yang merasa dilibatkan,  membawa masalah ini ke ranah hukum, agar tidak menggelinding menjadi bola liar yang ujung-ujungnya hanya memfitnah pihak-pihak lain yang secara nalar sehat tidak punya kepentingan sama sekali.  Pernyataan politik dari Seorang Ketum Partai Politik tertentu yang menyebutkan pihaknya adalah bukan pesaing pak Jokowi adalah pernyataan politik yang prematur, salah alamat, sembrono dan gegabah.  Dalam hal ini, PDI Perjuangan sebagai bagian utama dari koalisi partai politik pendukung pak Jokowi, nalar sehat atau waras, PDI Perjuangan tidak punya urgensi dan kepentingan merusak atribut partai politik tertentu.  PDI Perjuangan sebagai partai besar yang perilaku politiknya bersifat ideologis, secara kelembagaan sangat menjunjung tinggi etika dan moral. Justru,  di masalalu,  fakta sejarah menunjukkan,  PDI Perjuangan yang selalu diusik keberadaannya oleh rezim yang berkuasa dan kader-kadernya diculik. Apa kepentingan dan keuntungan politik PDI Perjuangan mengusik keberadaan partai politik kelas gurem?  Tidak nalar!

Ada peribahasa jawa: nabok nyilih tangan yang artinya perbuatan jahatnya dilakukan dengan cara bermain drama politik seolah-olah orang lain yang melakukannya.  Padahal yang melakukan adalah oknum. Yang namanya oknum itu tidak merepresentasikan partai politik tertentu dan tindakan kriminalnya jelas bukan atas komando partai.  Tuduhan ini adalah cara-cara jahat dan pengecut. Pengerusakan atribut partai politik tertentu adalah pelanggaran UU Pemilu dan perbuatan kriminal yang harus ditindak tegas. Bukan malah dipolitisir dengan menyuruh badut politiknya untuk menyalak-nyalak melempar fitnah keji, bahwa tindakan pelakunya atas komando partai politik tertentu.  Tujuannya jelas untuk merusak citra partai politik tersebut.  Sebenarnya ini hanya bentuk kepanikan dari Ketum Partai Politik tersebut,  karena dari hasil beberapa survey,  partainya tenggelem di bawah ambang batas parlemen (parlement threshold). Rakyat sudah cerdas dan bijak dalam memilih.  Tenggelamnya partai politik tersebut dikarenakan banyaknya kader-kader elit partai politiknya yang terlibat korupsi di masalalu.  Ini fakta,  mau mengelak?  Jika partai politik tersebut betul-betul tenggelam di 2019, maka masadepan anak-anaknya akan gelap gulita.  CAKRA MANGGILINGAN!  Pak Ketum itu hanya bermain kata-kata: demi rakyat,  untuk rakyat..salah. Yang benar demi isteri dan anak-anaknya.  Anak itu tidak usah dimanjakan,  direkayasa jadi ini, dan jadi itu.  Biarkan anak mencari masadepannya sendiri.  Anak tidak harus melewati jalan yang sama dengan orang tuanya.  Pemimpin macam apa yang bisa diharapkan dari anak yang belum selesai menthil emaknya?  Biarkan anak dewasa dengan dirinya sendiri dan menjadi dirinya sendiri. Itu jauh lebih baik dan terhormat.  Lebih-lebih,  negeri ini bukan milik nenek moyangnya,  jadi cara-cara pemunculan putra mahkota karbidtan sudah tidak laku lagi. ini tontonan comberan macam apa?  ANAK IDEOLOGIS ITU JAUH LEBIH BAIK DARI ANAK BIOLOGIS!  Apalagi cara-cara yang ditempuh masih dengan modus lama, betapa bodohnya negarawan ini yang konon ngakunya ahli strategi.  Strategi macam apa?  Strategi comberan!  Politik itu dinamis,  suatu cara efektif di masalalu,  belum tentu efektif di masa sekarang,  karena variabel yang berpengaruh banyak.  Jadi nggak perlu Playing the Victim dengan cara memposisikan sebagai orang yang didholimi atau pakai acara nangis segala.  Memalukan! Hebatnya,  pak Ketum ini kalau ngomong gayanya menggurui,  dia pikir orang Indonesia itu goblog-goblog semua,  dan selalu memposisikan sebagai orang yang serba tahu,  padahal faktanya dalam banyak hal dia tidak tahu apa-apa.  Saran saya,  pak Ketum segera lapor polisi,  nggak usah dilempar ke publik yang harapannya jadi bola liar untuk memfitnah banyak pihak.  Sekali lagi ini perbuatan pengecut, keji dan biadab.  Rakyat rindu munculnya pemimpin yang tampil jujur dengan wajah dan hatinya.  Bukan pemimpin yang wajahnya penuh bopeng dosa masalalu dan hatinya dengki karena dipenuhi dengan agenda politik terselubung.

Jadi partai politik kelas gurem itu tidak usah over acting dan banyak cita-cita.  NARIMO ING PANDUM!  Bijak melihat fakta politik dan cerdas dalam mensikapinya.

Mustinya kampanye diisi dengan adu program,  kalau memang punya program,  bukan malah sibuk fitnah sana fitnah sini.  Ini sungguh sangat tidak mendidik.  Kasihan rakyat, saat kampanye rakyat diobok-obok,  dan namanya selalu dicatut jadi jargon-jorgan politik: demi rakyat,  dan untuk rakyat, namun habis pemilu rakyat ditinggal.  Bohong-bohongan semua!

Apa yang bisa diharapkan dari calon pemimpin yang bisanya hanya sibuk nyebar fitnah,  nebar kebencian dan memporovokasi rakyat?  Di lain hal sangat minim dengan ide-ide cemerlang. 

Munculnya hal-hal aneh di panggung politik jelang pilpres dan pileg 2019, sebabnya hanya satu,  yaitu karena para maling,  penjahat dan koruptor negara mulai ketakutan dengan sepak terjang pak Jokowi yang sangat membahayakan keamanan uang hasil rampokannya yang disimpan di luar negeri.  Ibaratnya para monyet turun gunung,  ikut nimbrung di panggung politik di tanah air,  dengan menghalalkan segala cara,  hanya untuk menyelamatkan hartanya.  Jelas bukan?

Terimakasih.

Yogyakarta,  2018-12-18
Hormat saya,
(KPH. Widyakanigara)

Fusse Note:
Mohon rekan-rekan seperjuangan dan media,  surat terbuka ini diviralkan.  Terimakasih.

No comments:

Post a Comment

Tags