Latest News

Tuesday, October 23, 2018

INDONESIA TANPA JOKOWI



INDONESIA TANPA JOKOWI

MEMBAYANGKAN Indonesia tanpa Jokowi setidaknya sampai akhir 2024 membuat saya terhenyak seketika. Saya seolah mati suri. Bagaimana mungkin semua alur pembangunan semesta yang sudah direncanakan dengan cermat akhirnya akan kembali ke titik NOL atau setidaknya akan terbengkalai begitu saja.

Saya meyakini bahwa lawan tanding Jokowi di Pilpres 2019 ini TIDAK BERKEMAMPUAN untuk  membuat program yang pro-rakyat. Premis saya sudah teruji dari rekam jejak mereka selama ini yang menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan. Apa yang terjadi pada Pilgub DKI Jakarta 2017 menguatkan kekhawatiran saya. Bagaimana mereka tega memporak-porandakan semua tatanan sosial dan menghancurkan nilai hakiki spritualitas masyarakat dengan berbagai cara. Kesucian Agama dibawa oleh mereka ke level dasar dengan dalil-dalil penggalan yang dicoba dicekokkan kepada para pendukungnya. Ayat dan mayat adalah menu hari-hari yang disajikan dengan aroma kepentingan. Dan celakanya sebagian masyarakat lunglai terperdaya.

Saya melihat ada indikasi kuat mereka akan menggunakan pola yang sama untuk Indonesia. Mereka akan membanjiri rakyat dengan berbagai fitnah, kebohongan dan aneka ramuan ujaran kebencian. Contohnya kasus Ratna Sarumpaet. Kasus ini adalah salah satu amunisi yang mereka tembakan. Hanya sayangnya porak-poranda karena dikemas dengan strategi kebodohan yang memalukan. Saya meyakini hal-hal seperti ini akan berulang mereka lakukan kembali. Dengan kemasan berbeda dan strategi yang lain warna.

Pada dasarnya sebenarnya mereka tidak mencintai Indonesia. Mereka tidak pernah peduli dengan rakyat. Mereka hanya menghamba pada kekuasaan yang akan dipakai mereka untuk memuaskan birahi setaniyah yang terlanjur 'nge-blendded' dalam pola pikir dan perilaku mereka. Membayangkan Indonesia akan dikelola olah Kaum Tuna Nalar dan Tuna Empati seperti mereka, membuat saya sesak nafas akut.

Inilah alasan kuat mengapa saya sangat mendukung Jokowi. Karena di tangan Jokowi selama ini, saya melihat negeri indah yang bernama Indonesia Raya ini berubah berwarna dan beraura cerah. Ini bukan untuk saya atau anda yang membaca tulisan ini. Tapi untuk untuk anak cucu kita. Semua ini untuk mempermudah Generasi Emas Indonesia 2045 dalam membawa bangsa ini ke peradaban yang lebih tinggi.

Pilihan saya terhadap Jokowi bukan berarti Jokowi tanpa kekurangan. Banyak hal yang harus beliau sempurnakan ke depannya. Meskipun saya menyadari bahwa pada periode awal pemerintahan Jokowi 2014 - 2019 bukan pekerjaan ringan dan mudah. Menerima warisan keadaan negara yang compang-camping dari Pemimpin yang mengidap GLORIFIKASI dan "merasa paling" seperti SBY bukan perkara gampang. Tapi dengan ketekunannya, Jokowi berhasil mengurai kekusutan masalah satu persatu. Ke depan dengan modal hasil kerja 5 tahun belakangan ini saya yakin langkah-langkah penyempurnaan dari Jokowi relatif lebih mudah.

Kalau anda semua mempunyai ketakutan yang sama dengan saya dalam membayangkan Indonesia Tanpa Jokowi, mari kita mendukung Jokowi dengan cerdas dan tepat langkah. Jangan kita membuat blunder euforia yang over dosis. Kita jangan pernah percaya dukungan banyak partai adalah 'golden ticket' buat Jokowi. Disamping itu hasil kerja Jokowi yang hebat bukan merupakan jaminan utama rakyat di level grassroots dan kaum milenial pasti serta merta memilih Jokowi.

Rakyat di pedesaan, kaum marjinal di perkotaan dan kaum milenial mempunyai LOGIKA tersendiri. Kita tidak bisa memaksakan logika kita kepada mereka. Yang harus kita lakukan adalah kita masuk dalam alam pikiran mereka dan mencoba menyelami logika mereka. Ini yang saya namanya Empati Sosial.
Kepekaan empati sosial kaum relawan pendukung Jokowi adalah modal utama kita untuk secara halus dan bertahap untuk meluruskan pemahaman dan logika mereka ke arah yang lebih baik.

Satu hal yang perlu saya sampaikan berdasarkan hasil survei suatu lembaga yang kredibel, bahwa hanya 30% rakyat Indonesia yang bermain Medsos (FB, IG, Twitter YouTube). Sisanya yang 70% mereka tidak bermain Medsos. Jadi kita (termasuk saya) jangan keasyikan, kegenitan dan kepedean hanya bermain Medsos. Mari kita turun ke bumi realita membantu anak cucu Indonesia agar mereka tidak terwarisi dengan negara yang amburadul apalagi ada jejak khilafah yang siap mencengkeram Indonesia. Yakinilah, bahwa keganasan manusia pro khilafah jauh lebih kejam dibanding PKI. Rakyat di Suriah, Afghanistan, Irak dll sudah merasakan hal itu.

Jadi membayangkan Indonesia Tanpa Jokowi ?
Perutku jadi mual...
Dan nafasku tersengal....
Anda juga kan ?

Salam SATU Indonesia,
Rudi S Kamri
21102018

No comments:

Post a Comment

Tags